In Editorial [Lampau]

Perkembangan teknologi pada dasarnya merupakan konsekuensi logis perkembangan sebuah peradaban. Mau tak mau, perkembangan ini harus diapresiasi secara positif oleh masyarakat. Kehadiran medium video, sebagai salah satu perkembangannya, membuka kesempatan bagi partisipasi dan apresiasi individu dalam menghadapi arus baru demokratisasi, terutama dalam kultur visual. Kondisi ini, terang saja, mengindikasikan video sebagai pranata strategis kebudayaan untuk membingkai, bahkan membentuk, masyarakat di tengah-tengah sebuah kekuatan budaya arus utama nan digdaya. Suka atau tidak, medium video sudah menjadi semacam alat untuk mengungkap kesadaran masyarakat. Video juga menjadi semacam alternatif perlawanan terhadap kendali wacana dalam dunia visual, terutama dalam industri filem.

Selama ini industri filem begitu kuat mencengkeram gerak wacana sehingga meminggirkan potensi pengembangan karya-karya di luar industri. Terlebih dalam kasus Indonesia, karya-karya filem di luar industri begitu terkucilkan. Padahal, karya-karya filem independen (filem pendek) seperti inilah yang menghidupkan gerak wacana visual Indonesia. Melalui karya-karya ini, Indonesia dikenal di mancanegara. Sayangnya, diskursus mengenai potensi video dan film pendek dalam upaya mengembangkan kesadaran bermasyarakat di Indonesia terbilang kurang. Medium ini, seringkali hanya digunakan demi alasan-alasan kesenangan, sedangkan wilayah praksis kreatif hampir luput dari perhatian.

Seharusnya, kita bisa lebih sadar akan potensi besar karya-karya filem dan video non-industri. Sudah saatnya, kita tidak percaya begitu saja pada wacana yang dipegang oleh industri selama ini. Wacana alternatif adalah bagian penting yang suatu saat menjadi arus besar perkembangan kebudayaan kontemporer Indonesia. Dan pekerja kreatif mudalah yang dapat memposisikan diri sebagai penggerak dan pengendali wacana. Semua demi kemajuan semesta filem Indonesia.

Untuk mengembangkan wacana dalam dunia filem dan video kami merancang jurnal Footage. Rancangan jurnal Footage terdiri dari dua edisi; online dan cetak. Dua edisi jurnal ini mencoba untuk menyuguhkan kepada Anda, persoalan-persoalan budaya visual, baik melalui medium video maupun filem. Edisi jurnal Footage online dapat Anda nikmati setiap saat, namun untuk edisi cetak, Anda diwajibkan menunggu setiap enam bulan sekali. Ya, memang, pada dasarnya tidak ada perbedaan yang terlalu mencolok dalam rancangan kedua edisi jurnal Footage ini, namun ada beberapa materi yang berbeda dari keduanya.

Alhasil, kami hanya berharap bahwa edisi-edisi jurnal Footage dapat memberi manfaat bagi Anda sekalian. Kritik serta saran, tentu saja kami nantikan. Tidak ada lagi kata berpanjang-panjang. Semoga semua apologi ini cukup demi membuat kita bersuara. Pada akhirnya, hidup KAMERA! *

Recent Posts

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Start typing and press Enter to search