In Kronik

Pengantar

Artikel ini aslinya terbit dalam suratkabar sepuluh-harian Daulat Ra’jat No. 41 Tahun ke-2, 30 Oktober 1932, yang terbit di Jakarta dengan pimpinan redaksi oleh Mohammad Hatta. Yang dimuat di sini dituliskan kembali dengan mengikuti ejaan baru serta beberapa perbaikan mengenai judul dan nama, dari penerbitan dan pencetakan ulangnya sebagai bundel sehimpunan suratkabar tersebut secara berurutan, dalam “Daulat Ra’jat, Buku 1 Tahun 1931-1932”, sebuah Terbitan Khusus Satu Abad Bung Hatta oleh Yayasan Hatta, Jakarta: 2002 (440 halaman), pada halaman-halaman 334-335. Mengenai penulisnya, hanya dapat diduga-duga bahwa, kemungkinan ia adalah Salim (1908-2008) yang kelak dikenal sebagai seorang pelukis moderen Indonesia yang kemudian memilih menetap di Paris hingga akhir hayatnya. Dalam salah satu tulisan ringkas yang menyinggung biografinya di suatu suratkabar entah majalah yang, sayangnya, sudah tak kami ingat dan belum sempat mencari dan memeriksanya lagi, ada disebutkan Salim berkawan erat dengan para nasionalis terkemuka semisal Hatta dan Sjahrir di masa-masa cukup dini untuk membayangkan kemerdekaan sebuah negeri baru dan menghapus sama-sekali Hindia Belanda dari ingatan, dalam mana ia sempat menulis artikel tentang seni dan budaya, antaranya di Daulat Ra’jat (sebagai bandingan, bisa ditilik https://id.wikipedia.org/wiki/Salim_(pelukis)). Artikel ini dapat mengingatkan kita tentang pandangan yang termasuk cukup awal—dan terbukti menjadi laten secara stereotipikal—dari salah seorang pengamat lokal terhadap lingkungan perkembangan sinema (di) Indonesia berkaitan dengan masalah tontonan, penonton, dan mutu filem yang diedarkan di sini selama periode permulaan bangkitnya sentimen nasionalisme. *Redaksi Jurnal Footage.


Daulat Ra’jat No. 41 Tahun ke-2, 30 Oktober 1932

Pengaruh filem mengandung arti di Indonesia. Penduduk Indonesia gemar dan kerap kali pergi menonton bioskop. Karena filem-filem yang dipertunjukkan dipukul rata cuma baik sebagai pembuang tempo saja, yang tak mengandung pengertian yang dalam, bolehlah kita bilang dengan tidak melanggar adat sopan bahwa, ini permainan memusnahkan semangat rakyat. Ya, racun bagi fikiran. Karena lagi dalam pergaulan penjajahan ini tak ada lapangan buat pikiran yang sehat dan kritik yang pantas maka, nyatalah bagi kita bahwa, filem-filem yang dipertunjukkan di sini membayangkan bagi kita adat istiadat dan ketinggian serta kedalaman kemanusiaan Barat.

Salim (1908-2008)

Juga di Indonesia terpandang kegagahan dan kemanisan senyumnya seorang pahlawan [dalam] filem yang berpakaian serba bagus; menghormati tuan besar dalam filem yang dengan mudah melepaskan diri dari segala kesusahan dan kenistaan hidup dengan tidak mematahkan pantalonnya yang berkilat-kilat, jangankan lagi mengeluarkan tenaga kebatinan yang luarbiasa. Nona-nona manis yang sebentar-sebentar melihat[nya], berduka-cita dan tertawa-tawa karena kegirangan hati, [juga] berpakaian begitu rupa sehingga setengah dari badannya menyolok dunia, sangat benar berada di hati segala [mereka] yang menontonnya.

Dan, apabila pada akhirnya, [si] jago dengan nonanya, sesudah mengalami beberapa cobaan, [lantas] berkendara [dengan] autotwoseater-nya dan bibir satu sama lain bertemu, maka menurut arus pikiran dan pandangan yang ada di sini, itulah satu akhir cerita yang melangit bagusnya dan menyenangkan. Yang tak baiknya ialah pemuda-pemuda pelajar di Indonesia meniru-niru, mengambil-ambil lagaknya, gerak-geraknya dan pandangnya [bintang] filem yang populer serta tak henti-hentinya melagukan nyanyian-nyanyian Amerika yang bukan main tak berkeruncingan itu!

Filem-filem seperti Hell Divers (George W. Hill; George Hill Productions, 1932), pertunjukan mana dapat sokongan dari Departemen Angkatan Laut Amerika Serikat, sangat benar menarik perhatian di sini! Derunya mesin terbang, pelempar bom, yang berduyun-duyun terbang di udara; keberanian juru-juru terbang bermain-main dengan jiwanya, semua itu memperlihatkan kepada dunia, kebesaran, kekuatan dan keberanian rakyat Amerika Serikat, yang menurut pikiran, begitu jugalah tentu maksudnya filem-filem yang semacam itu. Apabila [dalam] penghabisannya, pahlawan dari cerita itu seorang manusia yang galak romannya tetapi berhati amat lunak meninggal dunia sesudah menolong majikannya dari satu bahaya kematian, dan dengan segala upacara kehormatan [ia] dilautkan, maka ini berarti bahwa tuan-tuan dari angkatan laut A. S. juga makhluk yang penuh dengan perasaan kemanusiaan! Penonton-penonton yang banyak [itu] sekali-kali tak mengawasi bahwa, di sini [mereka] bekerja dengan kekasaran adatnya orang aduan (bokser), dan dengan maksud meninggikan dan melangsungkan peraturan-peraturan (stelsels) yang busuk itu dalam pergaulan kita ini!

Hell Divers (George W. Hill, 1932)

Satu filem seperti Kameradschaft (G. W. Pabst; Nero-Film AG & Gaumont-Franco Film-Aubert, 1932, versi Amerika), dan 1931 (versi Jerman, Kameratskap) tak begitu dihargakan. Kedalaman arti-arti kejadian dalam filem ini tak termakan oleh pikiran kaum penonton di sini! Akan tetapi, orang mufakat benar-benar bahwa itu letusan-letusan [dalam filem tersebut] amat mengerikan… dan “mengibakan” terhadap kaum tambang yang mesti melarikan diri dari bahaya maut! Namun, pertandingan buat mengambil rekor kekencangan—tak tentu macamnya—memang lebih mengerikan.

Kecemasan ibu-ibu buruh tambang menunggu-nunggu kabar tentang suami dan anak mereka, pertalian batin yang ada antara buruh Jerman dan Prancis, itu tak membangkitkan perasaan bagi bangsa kita! Bagaimana pula boleh? Di dalam pergaulan hidup, di mana rakyat dari sehari ke sehari, berabad-abad lamanya menerima segala yang buruk dan busuk, yang serendah-rendah pengertian untuk [yang] ideal (tjita-tjita), tentulah kesusahan dan kemiskinan pikiran dan perasaan mulia yang akan terdapat.

Kameradschaft (G. W. Pabst, 1932)

Penduduk sekali-kali tak berkuasa menghargakan kaum buruh karena mereka cuma… kaum kuli! Tuan yang cantik, gagah dalam auto, itulah orang yang sebenar-benar orang! Kita orang mestilah seperti dia pula: inilah pengajaran filem-filem itu pada kita. Filem Shanghai Express [Josef von Sternberg; Adolf Zukor, Paramount Pictures, 1932] lebih bagus dari filem-filem yang kebanyakan dipertunjukkan di sini, lebih-lebih tekniknya. Itu Josef v. Sternberg orang Austria, amat jempol dalam kepandaiannya, seperti pengatur jalannya filem, yang mana—sayangnya—menyangka bahwa dia mesti memperbudak kepandaiannya itu kepada kaum modal dari Paramount, dengan jalan mempergunakan kepintarannya buat menyenangkan hati penonton-penonton yang bersifat lembek, turunlah nilai dari filem-filem yang dibuatnya.

Dalam filem tersebut, begitulah petugas Inggris itu satu contoh dari seorang yang mulia, pengabdi dan beradat menurut pandangan dunia. Leider pemberontakan Tionghoa itu dibayangkan dan dirasakan pada kita sebagai—badannya keganasan! Cobalah kalau sebaliknya dipertunjukkan—orang Tionghoa yang mulia, berkemanusiaan dan orang Inggris yang kejam dan licin dalam kejahatan bagai belut! Malu mata memandang dan sebenarnya tak termakan di paham!

Shanghai Express (Josef von Sternberg, 1932)

Fox Movietone dan Paramount saban minggu memperlihatkan dan memperdengarkan pada kita keadaan-keadaan dari segala penjuru dunia!

Ini penglihatan dan pendengaran, rata-rata semuanya dipenoehi oleh parade-parade yang mengagumkan:

Balbo [Italo Balbo (1896-1940), penerbang] memperlihatkan kepadanya [pesawat terbang] Emanuele [dari] angkatan udara kerajaan Italia. Serdadu-serdadu yang tak tahu menghabiskan tempatnya, diperlihatkan sedang menembak-nembak orang-orangan dan lain sebagainya pada segala yang menarik hati itu.

Bioskop mengajar, menyuapkan pada kita bahwa, pergaulan hidup masa kini adalah terlalu baik dan manis, dan kita orang mesti berdaya upaya mencapai derajat orang [yang] tak tahu menghargakan uang.

Kalau sekiranya segala kesusahan kita itu tak mendatangkan penghasilan… ya, kita orang selalu masih mempunyai tuan [Adolf] Zukor dengan teman sejawatnya, yang dengan sedikit uang keluar dari kantong kita yang bocor akan merintang kita buat beberapa jam lamanya.

Recent Posts

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Start typing and press Enter to search