In Artikel

Mempertanyakan kehadiran video di Indonesia sesungguhnya bukan sekedar menginsyafi definisi apa itu video? Merujuk ‘ke-disana-an’ pada sejarah teknologi di Indonesia yang dihadirkan pada agenda kolonialisme pada kala Hindia Belanda, sebagai sejarah teknologi, video memang tidak bisa diletakkan sebangun dengan sejarah sosial politik. Hal ini diperkuat dengan kesimpangsiuaran atas tanggapan kehadiran modernisme oleh beberapa kalangan dalam merumuskan nasionalisme, yang notabene bersamaan dengan agenda ‘pembaratan’. Soekarno ketika menyelipkan kata ‘televisi’ pada pernyataannya di tahun 1928, bukanlah sebagai agenda sejarah material yang berkesinambungan dalam mengusir penjajah, namun sebagai ide cita-cita nasionalisme. _FIX0278 _FIX0197 Semangat zaman dalam membaca peran dan pengaruh video di Indonesia, tidak menemukan kerelatifannya. Sebagai medium yang popular, video tidak menjadi deteminan dalam membaca sejarah sosial. Sehingga pertanyaan yang lebih layak di hadirkan adalah justru bukan “Apakah Itu Video?” Namun sebaliknya, “Video, Apakah Itu?”—yang bisa memuat sekian banyak perihal kasuistik terhadap sejarah keberadaan-keberadaan video di Indonesia. Walter Benjamin menyatakan; The transformation of the superstructure, which takes place far more slowly than that of the substructure,has taken more than half a century to manifest in all areas of culture the change in the conditions of production, atau dalam kutipan yang sering didengungkan sebagai tidak sebangunnya kehadiran ide dengan kehadiran material. Kalimat “Video, Apakah Itu?” mungkin yang coba di gagas dalam karya Masa Analog, Masa Represif pada pameran Membajak Televisi di Galeri Salihara pada tanggal 6 – 20 Agustus 2011. Karya ini yang menghadirkan arsip-arsip yang berkaitan dengan sejarah video, yang memberikan gambaran sejarah sosial politik Indonesia, yang dibungkus oleh Forum Lenteng menjadi “masa analog”. Masa analog adalah kala negara memainkan peran dominan terhadap kebudayaan visual di kalangan masyarakat, yaitu Orde Baru. Membaca apa yang dilakukan oleh pemerintahn Soeharto terhadap teknologi ini, dapat melihatnya pada pikiran Louis Althusser, bahwa TVRI (Televisi Republik Indonesia) pada masa itu adalah kepanjangan dari praktik Ideologi State Aparatus (ISA) yang memberikan represi-represi visual sebagai praktik rest and orde (keamanan dan ketertiban). _FIX0284 _FIX0203 Masa Analog, Masa Represi; Video sebagai Determinan Membaca Sejarah Sosial Politik Masa Analog, Masa Represi menampilkan arsip yang berasal dari media cetak, melacak keberadaan awal kehadiran televisi dan video. Hampir semua arsip yang diperlihatkan pada karya yang di produksi oleh komunitas video Forum Lenteng Jakarta ini, merupakan kumpulan arsip peristiwa yang berasal dari media massa, yang kemudian beberapa diantaranya juga memuat arsip visual yang berasal dari ‘tangkapan’ (capture) acara-acara yang ditayangkan di TVRI. Sejauh ini, memang belum banyak perbincangan tentang pengaruh teknologi dalam perubahan sosial politik masyarakat di Indonesia. Beberapa perbicangan tentang sejarah teknologi, khususnya berkaitan dengan televisi dan video selama ini, masih menempatkan medium massa tersebut berada di bawa bayang-bayang sejarah sosial politik—sehingga teknologi ini hanya sebagai entitas yang sekunder semata dan melebur pada sejarah sosial politik. _FIX0208 DSC_0225 Pada karya Masa Analog, Masa Represi dihadirkan juga arsip foto berkaitan dengan maraknya kehadiran video game di Indonesia. Pada tahun 1981 mulai di iklankan keberadaan video game Atari, sebagai sebuah sarana hiburan keluarga. Pada penampangan iklan jelas bahwa video game Atari ini dikhususkan untuk ruang-ruang keluarga, selain dari segi medium Atari memang sebagai saran hiburan keluarga, karena menggunakan medium televisi sebagai alat tampilan visualnya. Karya Forum Lenteng ini merupakan usaha menempatkan televisi dan video sebagai determinan dalam sejarah sosial politik di Indonesia. Menghadirkan arsip, merupakan cara baca baru dalam sejarah sosial politik Indonesia dalam konteks seni rupa. Kita mengenal idiom umum dari konsep Marshal McLuhan ‘medium is the message’ yang sudah banyak dipakai dalam memandang fenomena sosial politik masyarakat. Artinya, teknologi sebagai ‘penyebab’ (cause) masih mengasumsikan teknologi hanya sebagai efek-efek sosial semata. Dalam kerangka kajian media ada ungkapan bahwa, “The printing press, the computer, and television are not therefore simply machines which convey information. They are metaphors through which we conceptualize reality in one way or another. They will classify the world for us, sequence it, frame it, enlarge it, reduce it, argue a case for what it is like. Through these media metaphors, we do not see the world as it is. We see it as our coding systems are. Such is the power of the form of information” (Postman 1979, p. 39) (http://www.aber.ac.uk/media) DSC_0214 DSC_0225 Masa Analog, Masa Represi juga menempatkan beberapa arsip foto acara-acara hiburan TVRI yang mengandung pesan moral kepada masyarakat, untuk mensukseskan program pembangunan rezim Orde Baru. Foto-foto itu antara lain; tayangan acara Aneka Ria Safari, dan Ria Jenaka. Aneka Ria Safari merupakan acara hiburan musik yang diadakan di studio TVRI, yang mana pada sela-sela acara menghadirkan MC (Master of Ceremony) yang secara tersirat memberikan pesan moral yang berkaitan denga stabilitas negara. Selain itu tayangan acara hiburan Ria Jenaka yang biasanya dimainkan pada hari Minggu siang di TVRI, merupakan acara hiburan lawak yang menghadirkan para punakawan Bagong, Petruk, Gareng, Semar dan ditambah Lesmana, yang mana siasat pesan moral biasanya dihadirkan pada penghujung acara yang menghadirkan tokoh Semar sebagai tokoh penyelesai masalah. Kontruksi visual pada kala Orde Baru, tentu memberikan pengaruh tersendiri dalam membentuk imaji masyarakat terhadap fenomena sosial politik pada kala Orde Baru. Hal ini diperkuat dengan kehadiran TVRI sebagai satu-satunya stasiun televisi yang ada pada kala Orde Baru, sehingga semakin mempertegas masa represi pada masa analog melalui kehadiran TVRI. Dalam perspektif teknologi kamera sebagai determinan terhadap perubahan sosial, maka pertanyaan yang cukup penting diajukan adalah, sejauh mana politik visual yang dimungkinkan atau dampak-dampak sosial politik yang berasal dari cara berpikir visual bagi perubahan sosial politik di Indonesia. Nampaknya karya Masa Analog, Masa Represi adalah sebuah karya yang mencoba membaca sejarah melalui determinasi teknologi kamera, yang sejauh ini belum cukup banyak dijadikan sebagai pendekatan mengkonstruksi sejarah sosial di Indonesia. _FIX0269 DSC_0270 DSC_0115 DSC_0239 DSC_0266 DSC_0219

Recent Posts

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Start typing and press Enter to search