In Artikel

Part-Time Work of a Domestic Slave (Gelegenheitsarbeit einer Sklavin, 1973) bercerita tentang Roswitha Bronski yang bekerja menghidupi keluarga, sementara sang suami, Franz Bronski, disibukkan oleh studi kimia untuk memenuhi ambisinya menjadi seorang alkemis. Roswitha sendiri harus bekerja menjalankan klinik aborsi ilegal. Dalam situasi ini, setidaknya Roswitha harus mengalami dua hal yang cukup berat dalam kesehariannya. Pertama, dia harus menghadapi sikap acuh tak acuh dari sang suami yang menganggapnya sebagai seorang inferior. Kedua, permusuhannya dengan dokter Genee dalam memandang konsepsi aborsi. Suatu ketika Roswitha harus mengalami pukulan yang cukup berat karena praktik aborsinya ditutup pihak kepolisian. Pukulan berat tersebut membuat Roswitha menjadi pasif. Ia dituntut melanjutkan hidup, sambil mendefinisikan kembali dirinya sebagai seorang ibu, istri, dan perempuan yang bekerja. Peran yang dimainkan oleh Roswitha ini merupakan gambaran masa awal masyarakat globalisasi, di mana subjek sosial yang melekat pada dirinya sedang mengalami ancaman dalam konstruksi dan ruang sosial masyarakatnya

Secara umum karya-karya filem Alexander Kluge merupakan artikulasinya dalam menciptakan ruang publik bagi penonton, khususnya sebuah rekonstruksi pengalaman sosial para penonton melalui medium filem. Penciptaan ruang publik dalam bahasa sinema Kluge merupakan kemampuannya merangsang penonton membuat konstruksi pengalaman bermasyarakatnya sendiri. Asumsi Kluge dalam merumuskan ruang publik setidaknya melibatkan dua hal. Pertama, apa yang disebut Kluge sebagai “publik borjuis”, di mana terdapat ruang sosial aktual yang di dalamnya memuat institusi macam media massa, termasuk juga sinema. Ruang publik borjuis ini didominasi oleh korporasi, para pemilik media, serta pemerintahan yang mampu membentuk pengalaman masyarakat. Kedua, Kluge mengasumsikan ruang publik sebagai prinsip etika, di mana ada semacam tuntutan transparansi untuk ruang sosial kolektif yang memiliki keluasan jangkauan. Dalam ruang publik ini terdapat individu yang berhadapan dengan sistem politik dan ekonomi, yang interaksinya membentuk berbagai perbincangan dan kendali publik berjangkauan besar, sehingga mampu melewati batas institusi publik di mana setiap individu juga bisa memainkan peran kritisnya.

 

Telaah Adegan

Bingkaian kamera memuat sebuah pandangan ke atas pada salah satu jendela apartemen, di mana seorang anak kecil sedang menatap keluar. Intensitas ambilan gambar anak kecil yang sedang memandang keluar melalui kaca jendela itu seakan mewakili mata yang terisolasi atau diisolasi. Dari ambilan ini, Kluge tampak sedang melakukan visualisasi konsep keluarga dalam karyanya, Part-Time Work of a Domestic Slave. Adegan tangan sang anak yang menatap keluar jendela kaca, serta tangan yang menempel kaca itu sangat argumentatif. Jendela, pada ambilan gambar itu merupakan satu di antara sekian banyak jendela di sebuah bangunan apartemen yang menjadi tempat tinggal penduduk di masyarakat perkotaan. Adegan sang anak di jendela seakan menjadi sebuah peristiwa yang terisolasi dari sekian banyak peristiwa yang berlangsung di saat bersamaan, di mana jendela adalah sebuah ruang melihat sekaligus batas bagi sebuah keluarga di antara kumpulan keluarga yang lain dalam strata sosial. Persuasi ambilan gambar pada adegan itu seakan sedang menegaskan sebuah citra keluarga yang terisolasi dalam ruang sosial.

Ambilan gambar berlanjut ke adegan berupa kesibukan domestik keluarga Roswitha Bronski di pagi hari. Ambilan gambar tersebut berisikan suasana adegan sarapan pagi, di mana sang suami serta dua anak Roswitha sedang duduk di meja makan. Roswitha pun sibuk mengurus si kecil yang menangis, sambil mempersiapkan diri untuk berangkat kerja. Narasi visual pada adegan ini berlangsung dalam cara dokumenter, dengan bukaan bingkai gambar penuh. Intensitas realisme seakan tanpa pretensi, di mana tidak ada tampilan gambar partikular atau detail-detail ambilan dekat (close-up) yang mempertajam realismenya. Bagi Kluge hal tersebut mungkin usaha membangkitkan penonton aktif ketimbang praktik filem aktif. Estetika Kluge dalam konteks ini adalah menyikapi tradisi filem Hollywood, di mana filem menjadi sangat agresif dalam menciptakan persuasi kepada penonton, sehingga pengalaman penonton mengikuti kemasan pengalaman yang terdapat pada filem. Hubungan antara penonton dan filem di sini menegaskan sebuah bentuk penonton yang menjadi pasif.

Pada adegan Roswitha yang sedang berada di ruang praktik aborsi, seorang pasien memasuki ruang bedah, kemudian sang dokter melakukan pembedahan aborsi, sang pasien terlentang dengan paha terbuka, sebuah alat cangkang membuka vagina, dan kemudian sebuah capit mengambil janin yang sudah cukup besar dalam rahim sang pasien. Ambilan gambar panjang memperlihatkan seluruh adegan proses pengambilan janin dalam gaya yang sangat dokumenter. Sang janin diambil dalam rahim, kemudian gambar berpindah pada adegan janin yang diletakkan pada wadah peralatan bedah. Semua berjalan begitu saja. Lalu, ambilan gambar menampilkan adegan sang dokter yang meletakkan peralatan bedah, di mana terdapat janin tersebut. Sang janin pun tertimpa gunting pet yang digunakan sebagai alat bedah. Adegan peristiwa aborsi pun selesai, dan sang ibu pun bangkit sambil menenggak minuman berakohol. Semua ambilan gambar berlangsung hampir tanpa pretensi, seakan sekadar menggambarkan sebuah proses medis biasa, tanpa beban teologi apapun –apalagi sakral.

Sekuen adegan aborsi di atas bagi Kluge merupakan sebuah tawaran diskursus mengenai aborsi yang sedang berlangsung di ruang publik. Adegan proses aborsi berlangsung seakan tanpa drama apapun. Sangat dokumenter. Namun kemasan dokumenter tersebut merupakan sikap Kluge dalam membuka diskursus baru mengenai konsepsi aborsi di masyarakat Jerman tentunya. Semua kemasan ambilan gambar panjang yang menampilkan peristiwa dalam adegan seakan merangsang penonton untuk merekonstruksi pengalaman sosial mereka mengenai aborsi, dengan berusaha mematahkan kaidah filem dalam sekuen ini. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Theodor Adorno, seni dalam kebudayaan kapitalisme tidak jarang menjadi suatu afirmasi bagi suprastruktur kaum borjuis.

Dalam konteks “publik bourjuis’ Kluge, filem tidak jarang sebagai bagian dari apa-apa yang telah dikontruksikan oleh para pemegang modal dan kebijakan, sehingga kaidah filem tersebut bisa jadi afirmasi dari peristiwa-peristiwa publik yang telah didominasi oleh kelompok-kelompok pemegang kekuasaan. Di sekuen ini, Kluge pada dasarnya sedang membuat efek tandingan dalam bahasa sinema dengan merangsang penonton untuk merekonstruksi diskursus aborsi. Kluge meyakini bahwa estetika dan kemungkinan politik dalam sinema harus dan dapat menjadi basis mode pengalaman. Kluge lebih berorientasi kepada para penonton sinema dengan merangsangnya untuk menghasilkan sebuah fantasi. Dalam pandangannya, pemaknaan fantasi bukan dalam konsepsi psikoanalisa seperti yang terdapat dalam terminologi bahasa Inggris. Namun fantasi dalam pandangan Kluge lebih berorientasi pada imajinasi, di mana para penonton mampu menciptakan jaraknya sendiri terhadap suatu hal, yang oleh Kluge jarak-jarak tersebut dijadikan perekat dalam montase filemnya. Di sini Kluge tampak mengikuti teori montase yang dibangun Sergei Eisenstein, bahwa pembangunan makna dari gambar yang ditampilkan juga melibatkan penonton.

Konsepsi fantasi dalam filem Kluge tidak lepas dari konsepsi guncangan (shock) yang diambil dari pemikiran Walter Benjamin. Guncangan dalam pandangan Benjamin merupakan refleksinya atas kebudayaan industri dalam kapitalisme yang bersifat sangat partikular dan terus berulang. Kemampuan teknologi dalam masyarakat kapitalisme, memungkinkan produk kebudayaan yang hanya menyuguhkan hal-hal partikular belaka, dan cenderung bersifat komoditas. Kebudayaan masyarakat kapitalisme industri itu selalu diarahkan untuk menghadapi serangkaian guncangan, namun masyarakat tidak memiliki kemampuan penangkal yang praktis dalam menerima rangkai guncang tersebut. Bagi Kluge, adalah salah jika filem membuat guncangan kepada penonton, sebab itu akan menghalangi kemerdekaan persepsi mereka. Guncangan yang hadir dalam kaidah dramatisasi filem pada kebudayaan industri kapitalisme, dihadirkan ke hadapan penonton secara tiba-tiba. Proses “tiba-tiba” ini oleh Kluge dianggap sebagai bentuk subdominasi yang terdapat dalam proses penerimaan para penonton, karena keluar dari kedalaman pemahaman terhadap sesuatu, serta teralihkannya persepsi dan fantasi penonton akan sebab yang seolah nyata.

Pada adegan aborsi di filem ini misalnya, Kluge berusaha dalam merekonstruksi  pengalaman sosial dalam memaknai peristiwa tersebut. Hampir tidak ada patahan ambilan gambar dalam adegan aborsi yang bersifat partikular atau dekat dalam menciptakan guncangan bagi para penonton di filem ini. Kluge berusaha membuat jarak peristiwa aborsi tersebut dengan para penonton, agar mampu merekonstruksi peristiwa itu secara rasional. Tentu Kluge sudah menghitung kapasitas penonton dalam konteks sosialnya. Diskursus aborsi merupakan perbincangan yang telah mengalami konstruksi institusi semacam agama. Memuat adegan aborsi yang seakan tanpa jeda dalam filem ini, secara tidak langsung mengasosiasi sebuah tindakan ‘barbar’ tanpa mengindahkan nuansa teologis yang berlaku di masyarakat. Dengan tidak menyertakan dialog, adegan ini berhasil menghilangkan basa-basi, yang rasionalitasnya ditemukan seperti dalam peristiwa klinik biasa. Berlangsung seketika tanpa jeda narasi apalagi metaforik. Namun,  di saat bersamaan, Kluge juga sedang menawarkan sebuah debat baru dalam bahasa sinema tentang diskursus aborsi. Kluge tidak memberikan guncangan sama sekali dalam adegan aborsi ini. Struktur waktu seakan sejajar dengan struktur waktu sebenarnya.

Kisah tentang Roswitha merupakan gaya diskursus yang ditawarkan Kluge. Penonton seakan dirangsang untuk merekontruksi pengalaman sosial mereka, khususnya mengenai konsepsi keluarga, peran kaum perempuan dalam ruang sosial masyarakat, serta perdebatan mengenai konsepsi aborsi yang masih dipengaruhi oleh paham teologis dalam masyarakat Jerman pada masa itu. Dalam menciptakan bahasa visual sebagai bentuk narasi filem, Kluge hampir tidak membedakan antara membuat filem dengan menulis buku atau program televisi sekalipun. Ambilan-ambilan gambar yang dilakukan Kluge pada dasarnya hampir sama dengan alur penulisan ilmiah, di mana ada ambilan-ambilan gambar kaki yang menunjang narasi. Pada filem Part-Time Work of a Domestic Slave ini, beberapa adegannya hampir mirip dengan reality show yang sedang tren di televisi nasional kita sekarang. Dan Kluge telah melakukannya di tahun 1973. Hal ini tampak pada adegan di mana Roswitha sedang menjalankan praktik aborsi, yang menampilkan subjek nyata dari masyarakat yang memang memilih melakukan aborsi. Ibu, dalam kosepsi humanis Kluge, Kluge merupakan bagian dari mode produksi, sebuah perspektif yang membedakannya dengan paham Marxis, yang melihat mode produksi dalam determinan ekonomi. Mode produksi dalam perspektif Kluge tersebut terartikulasikan pada peran perempuan sebagai seorang ibu yang melahirkan anak.

Filem Part-Time Work of a Domestic Slave merupakan karya awal Kluge dalam mengaplikasikan sikap teoretisnya di tahun 1973. Karya tersebut bisa dianggap sebagai sumbangan terhadap perkembangan sinema dunia dalam posisinya sebagai strategi kebudayaan, serta artikulasinya terhadap teori kritis yang mampu diaplikasikan ke dalam bahasa sinema Kluge. Sebuah diskursus sinema, di mana hampir tidak ada batas antara yang argumentatif dan yang estetik, serta yang teoretis dengan yang artistik. Gagasan sinema menjadi sebuah bentuk organis dan pertautan politik dengan situasi sosial yang sedang berlangsung, dalam artian memposisikan sinema dan penonton sebagai bagian dari estetika serta tawaran diskursus baru terhadap kebudayaan yang melingkupi sinema itu sendiri. Di sini Kluge menciptakan semacam posisi ulang sinema dan penonton sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam karya. Seperti yang diungkapkan oleh Walter Benjamin dalam membaca fenomena teknologi dalam seni, di mana kamera mampu menampilkan sebuah era seni yang sudah meninggalkan ritual dan proses, tetapi seni dimulai dari hal yang politik.

Recent Posts

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Start typing and press Enter to search