In Tokoh

Jean Epstein (1897-1953)

vlcsnap3015890rj9

Jean Epstein adalah salah satu sutradara penting era filem bisu dalam Sinema Prancis, yang juga dikenang sebagai teoritisi sinema, seperti tulisannya Ecrits sur le cinema yang menguji dampak filosofis dalam filem. Karya-karya Epstein dianggap salah satu pencetus gerakan filem avant-garde, dengan kekuatan visual baru dan teknik-teknik yang inovatif. Teknik close-up, tumpang tindih gambar, dan tanpa adegan yang bekelanjutan secara naratif sangat mempengaruhi sinema dunia dalam beberapa dekade. Kreatifitas Epstein dapat dilihat pada karyanya seperti La chute de la maison Usher (The Fall of the House of Usher), 1928 dan Coeur Fidèle (1923), menyodorkan transisi artistik signifikan diantara eksperimen alamiah dalam filem-filem bisu dan pergerakan Nouvelle Vague (New Wave) pada 1960an di Prancis.

Jean Epstein lahir sebagai keturunan Yahudi di Warsawa. Saat ayahnya meninggal pada 1908, keluarganya pindah ke Swiss dimana ia menempuh pendidikan sekolah menengahnya. Ia kuliah di Lyon, Prancis dan menerima gelar dalam bidang medis. Di Lyon inilah ia bertemu dengan bapak sinema dunia Auguste Lumière. Epstein sangat terinspirasi oleh karya-karya Charlie Chaplin dan D.W. Griffith. Epstein dan Lumière kemudian mendirikan jurnal filem Le Promenoir, pada 1920an. Tahun berikutnya, Epstein menerbitkan Bonjour Cinema (Halo Sinema), sebuah risalah puisi, fotografi dan analisa relatifitas media baru dalam seni filem. Filem pertama Epstein, Pasteur (1922) —sebuah biografi tentang ilmuwan Louis Pasteur— yang mendapatkan respon positif dari publik. Epstein memutuskan mendirikan sebuah rumah produksi sendiri Les Films Jean Epstein. Dalam waktu singkat, ia menghasilkan sejumlah film seperti The Fall of the House of Usher dan La Glace à Trois Faces (1927). Kemudian ia pindah memproduksi filem pendek dan dokumenter di Inggris sejak ditemukannya teknologi suara dalam filem.

Pada awal Perang Dunia II, Epstein dan adiknya ditangkap oleh Gestapo, tapi mereka tidak dideportasi. Saat pendudukan Jerman di Prancis, ia bekerja untuk Palang Merah dan mengasah kemampuan menulisnya. Pada 1947, ia kembali ke Inggris di mana ia mengakhiri karirnya dengan beberapa filem yang diakui secara kritis seperti Le Tempestaire (1947) —sebuah filem tentang kisah seorang nelayan Prancis. Epstein terus menulis dan berhenti membuat filem tak lama kemudian. Pada tahun 1953, ia meninggal karena pendarahan otak.

Filem pertama Epstein, Pasteur (1922) adalah biografi yang tidak menampilkan inovasi-inovasi sinematik seperti filem-filem sesudahnya. Ada Coeur Fidèle (1923), sebuah kisah cinta segitiga yang sangat inovatif yaitu menggunakan non-sekuensial dalam urutan waktu dan mempermainkan flash back dalam filem. Ia menempatkan kamera di komidi putar untuk menghasilkan gambar-gambar yang memusingkan. Ini adalah penemuan yang mengejutkan yang juga digunakan pada karyanya yang lain seperti Mauprat (1926) yang dianggap sebagai pendahulu dari karya sejenis seperti filem-filem sutradara Spanyol Luis Buñuel —yang ikut membantu Epstein di awal kerja sinemanya. Namun, penggunaan visual surealis dan eksperimental dari karya-karyanya cukup membuat Epstein dan Buñuel tidak dapat diterima di kalangan art scene. Salah satu karya Epstein yang dianggap sangat filem, La Glace à Trois Faces (1927)–menceritakan tentang seorang pemuda dengan tiga gundik. Pemuda itu tiba-tiba mati, para gundiknya menggambarkannya dengan cara yang berbeda dari tiga orang perempuan yang berbeda pula. Filem ini mentasbihkan penemuan visual tumpang tindih dengan gambar close-up yang merupakan teknik yang paling disukai oleh Epstein. The Fall of the House Of Usher (1928), berdasarkan cerita pendek Edgar Allan Poe. Sebuah kisah tentang seorang seniman yang melukis potret istrinya yang kemudian saat bekerja, ia jatuh sakit.

Karya-karya Epstein banyak menginspirasi sutradara-sutradara besar kemudian hari, dengan penemuan-penemauan bahasa filemnya seperti; teknik pencahayaan, kilas balik, dan gerakan lambat dalam sinema. Film pertamanya yang bergaya surealis Andre Breton, Finis Terrae (1929) dianggap sebagai sebuah dokumenter dengan teknik kamera yang sangat inovatif. Le Tempestaire (1947) dianggap oleh banyak kritikus sebagai puncak karya seniman ini dengan terknik eksperimental. Dalam filem ini, Epstein menolak romantisme dan kesia-siaan dalam visual yang dilakukan oleh Hollywood, sebuah pikiran filosofis yang selalu ada dalam setiap aktifitas seninya.

Meskipun Epstein tidak cukup dikenal saat ini, para pembuat filem dengan gaya estetika modernis sangat berhutang kepadanya. Munculnya gerakan avant-garde dalam filem adalah bagian dari jasa Epstein. Filem-filemnya sangat jarang dipertunjukan. Namun, filem-filemnya memberikan warna baru dalam memodernisasi bahasa filem.

Jasa Epstein merupakan penanda bagi bahasa sinema kontemporer. Ia dikenang sebagai seorang sutradara besar, dan teoritisi yang berusaha meneliti hubungan antara penonton dan layar.

Sumber tulisan dan video dari www.ubuweb.com

Recent Posts

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Start typing and press Enter to search