In Artikel
[tab] [tab_item title=”ID”]

Para buruh seluruh dunia turun ke jalan di hari May Day, merayakan Hari Buruh Internasional yang jatuh di tanggal 1 Mei. Mereka menyuarakan hak-haknya kepada penguasa. Seluruh pemerintahan waspada dan menaikkan tingkat keamanan. Bahkan di Indonesia, peringatan May Day dilarang pemerintah Orde Baru, sebelum reformasi 1998. Tapi di Jerman, setiap tanggal itu, sebuah festival filem pendek terbesar dan tertua digelar.

Lis Rhodes menulis, “Filem sebagai filem merepresentasikan kekhususan sejarah. Fakta, fragmen-fragmen filem, disusun dalam sekuen. Sebuah ilustrasi teori.” Sejarah filem, katanya, mengemukakan kembali metode mendasar yang tak berubah.

Kalimat-kalimat ini ditemukan dalam buku katalog Festival Filem Pendek Oberhausen Jerman 2008 berjudul Whose History, yang resmi dibuka pada tanggal 1 Mei 2008. Sebuah gelaran yang sudah mencapai angka 54. Ajang festival filem pendek tertua dan terbesar di dunia yang telah melahirkan sutradara-sutradara besar berkelas dunia. Sebut saja nama-nama agung seperti Alexander Kluge, Wim Wenders, Roman Polansky, Jonas Mekas, Agnes Varda dan Martin Scorsese.

Festival Filem Pendek Internasional Oberhausen adalah yang terunik di antara beragam festival filem dunia lainnya. Selain secara khusus menampilkan filem pendek dari berbagai genre (fiksi, dokumenter, eksperimental), festival ini juga membuka peluang eksperimentasi medium sesuai dengan perkembangan zaman. Tidak hanya penggunaan medium klasik seluloid, pada ajang yang dikelola pemerintah kota Oberhausen ini juga membuka peluang bagi medium animasi, video –dengan berbagai tekniknya—sebagai bahasa filem. Dalam perkembangannya, festival filem Oberhausen hampir menyatukan antara filem dan video (art).

Di gelaran festival tahun ini, selain kompetisi internasional ada juga program kompetisi Jerman, kompetisi MuVi (video musik) dan filem khusus anak-anak. Setiap tahun panitia menerima lebih dari 5000 filem pendek dari seluruh dunia untuk diseleksi sebanyak 60 filem pendek pada kompetisi internasional. Untuk tahun ini, Asia Tenggara diwakili dua sutradara muda yaitu Ho Tsu-Nyen dari Singapura, dengan karya Reflections (2007) dan Anocha Suichakornpong, dari Thailand dengan karya Jai (2007).

Pemenang utama pada kompetisi ini adalah filem animasi Chainsaw (2007) karya Denis Topicoff, dari Australia. Filem dokumenter spektakuler Rusia, Unseen (2007) karya Pavel Medvedev, mendapat penghargaan khusus dari para kritikus dan juri. Karya ini bercerita tentang sesuatu yang tidak pernah terlihat dari aktivitas para pemimpin dunia pada Konferensi Tingkat Tinggi G-8 St. Petersburg, Rusia tahun 2006.

Selain kompetisi, festival Oberhausen juga memiliki program khusus yang merupakan tema utama keseluruhan festival. Tahun ini, tema utama terdiri dari Whose History, yang dikuratori oleh Ian White dan Border-Crossers and Trouble-Makers, yang dikuratori oleh Sherry Millner, Ernest Larsen dan Madeleine Bernstorff.

Kurator muda London, Inggris, Ian White mencoba melihat kembali bagaimana sejarah dirangkum dan dibaca dalam filem. Dikatakannya, medium audio visual mempunyai peluang untuk membangun sejarahnya sendiri di luar sejarah yang dipercaya masyarakat. Pembacaan ini dilakukan dengan menampilkan berbagai karya dari periode berbeda. Karya-karya ini antara lain: Castle One (Malcom Le Grice, Inggris), 1966; Solidarity (Joyce Weland, Kanada), 1973; Black Panthers-Huey! (Agnes Varda), 1968; Frau Blackburn (Alexander Kluge, Jerman), 1967; Changing Time (Alexander Kluge), 1988, dan lain-lain.

Pada Border-Crossers and Trouble-Makers, tiga kurator mencoba membongkar keterkaitan karya-karya filem dengan tema kritik sosial dan politik dalam perkembangan masyarakat saat ini. Pertanyaan besarnya adalah bagaimana karya seni (filem) ini bisa bertahan dalam perubahan sosial yang terjadi sekarang. Bagaimana konsep solidaritas dan fraksi-fraksi dalam masyarakat dilihat dari perspektif personal. Dalam program ini ditampilkan karya-karya kritis dengan beberapa sub tema antara lain: Dirty Movie, Learning Processes, Capital Crime, Collective Resistance, Mnemonic Devices, Contested Ground dan Excessive Behavior. Filem-filem yang ditampilkan pada program ini juga layak disebut beberapanya: Isle of Flowers (Jorge Furtado, Brasil), 1989; Black Film (Zelimir Zilnik, Yugoslavia), 1971; Crowded (Alonzo Crawford, Amerika Serikat), 1977; What Farocki Taught (Jill Godmilow, USA), 1997; Shoplifting: It’s a Crime? (Sherry Millner, USA), 1979; El Sopar (Pere Potabella, Spanyol), 1974; 2084 (Chris Marker, Prancis), 1984; dan The Land Belongs to Those Who Work It (Chiapas Media Project, Mexico) 2005.

Program lain dalam festival yang diadakan selama seminggu ini adalah Podium, menampilkan pembicara dari berbagai kalangan. Salah satu tema program podium adalah “Who Cares about? Film Festival as a New Contemporary Film Museum?”. Pada program ini ditampilkan pembicara Gridthiya Gaweewong (Arts Network Asia, Bangkok International Experimental Film Festival, kurator – Thailand), Adam Pugh (Direktur Filem AURORA – Inggris), Keith Sanborn (seniman neo media, teoretisi dan kurator – New York) dan Akram Zaatari (seniman dan sutradara – Lebanon). Diskusi ini menyoroti pentingnya festival sebagai altenatif dalam menjembatani distribusi dan sebagai tempat studi filem bagi masyarakat. Gridthiya berbagi pengalaman tentang bagaimana Festival Filem Eksperimental Internasional Bangkok dilaksanakan dengan berbagai kendala, sehingga harus memodifikasi festival demi mendapatkan khalayak yang lebih besar. Karena kendala utama dalam karya-karya filem pendek dan eksperimental adalah sulitnya akses publik untuk mendapatkan dan menonton karya-karya ini. Untuk itu, festival filem menjadi salah satu alternatif yang memungkinkan pemenuhan kebutuhan tersebut.

Begitulah, Festival Filem Pendek Oberhausen Jerman ke-54. Festival yang meninggalkan semangat May Day dalam setiap gelarannya. Sebuah festival tertua, namun selalu aktual dalam menampilkan tema-tema perubahan sosial, politik serta budaya, di berbagai belahan dunia.
[/tab_item] [tab_item title=”EN”] (Temporarily available only in Bahasa Indonesia)
[/tab_item] [/tab]

Recent Posts

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Start typing and press Enter to search