In Artikel
[tab] [tab_item title=”ID”]
“Adalah bukan seorang aktor yang meminjam karakter sebuah wajah…”
—Vittorio De Sica

“Aktor tidak lagi menjadi permainan yang kaidahnya bisa diprediksi secara terselubung oleh penonton”.
—Andre Bazin

Sekilas Catatan Menonton Filem Penyemir Sepatu/Sciucià (1946), Senin Sinema Dunia, 7 November 2011)

Penyemir Sepatu (Sciuscià), Periode Awal Filem Pembebasan
Filem Penyemir Sepatu adalah filem pertama Vittorio De Sica. Filem ini merupakan salah satu dari trilogi filem pasca Perang Dunia II yang berkisah tentang persahabatan dua anak, di sebuah kota Italia, terhadap kegalauan sosial dan dampak moral sosial masyarakat pasca Perang Dunia II. Filem pertama dari trilogi (Pencuri Sepeda (Ladri di Biciclette) dan Umberto D.) karya Vittorio De Sica ini, merupakan karya perjumpaan awal De Sica bersama sang penulis skenario, Cesare Zavattini. Sampai akhirnya mereka membuat karya adi Pencuri Sepeda (1948), yang menjadi salah satu tonggak penting, terhadap sejarah filem Neorealisme Italia.

Perihal Neorealisme Italia pada filem Penyemir Sepatu, bukan sekedar penggunaan aktor-aktor non-profesional, namun tokoh dua anak, Giuseppe and Pasquale dalam filem ini merupakan tokoh nyata. Vittorio De Sica tidak membungkus cerita dengan realitas seperti layaknya sebuah filem dokumenter, sehingga ada banyak adegan-adegan Giuseppe and Pasquale yang tak terduga. Bahkan, cerita kegetiran hidup dapat hadir dengan humoris, dengan perasaan bersalah yang melekat secara manusiawi.

DVD Untuk Semua menerjemahkan Sciuscià menjadi Penyemir Sepatu. Pada filem Penyemir Sepatu, banyak memperlihatkan dialog-dialog khas para anak jalanan. Penerjemahan ini sama dengan yang dibayangkan oleh Zavattini, bahwa dialog yang terbaik dari sebuah filem adalah ‘dialek’, karena ‘dialek’ dekat dengan realitas.

Filem Penyemir Sepatu ditulis oleh tiga punggawa Neorealisme Italia, Mereka adalah Sergio Amidei, Cesare Zavattini dan Vittorio De Sica. Sergio Amidei adalah penulis skenario untuk Roberto Rosselini. Di kemudian hari kolaborasi antara Zavattini dan Amidei mengalami keretakan, saat menggarap Pencuri Sepeda.

Di tahun 1948, Penyemir Sepatu mendapatkan Honorary Award di Academy Awards. Penghargaan ini merupakan pelopor dari apa yang nanti akan menjadi Academy Awards for Best Foreign Language Film.

Realisme Yang Menghapus Semangat Dokumentatif Fotografi
Vittorio De Sica dalam membuat Penyemir Sepatu berusaha menerjemahkan keinginan Zavattini membuat tiap menit tentang observasi kehidupan manusia. Menurut Luigi Chiarini—kritikus filem Neorealisme Italia—menyatakan bahwa satu di antara ciri Neorealisme Italia adalah menggantikan ‘denyut’ dokumentasi fotografi dengan keahlian gambar dan figuratif. Ambilan-ambilan sedang (medium shot), dalam Penyemir Sepatu merupakan observasi terhadap ‘fenomena’ yang mengelilingi peristiwa tentang dua tokoh; Giuseppe and Pasquale.

Sebagai karya awal, beberapa adegan Penyemir Sepatu memang dilakukan di studio, khususnya pada adegan di dalam penjara anak. Sesungguhnya kekuatannya pada ini, bukan pada ambilan di ‘jalanan’ seperti yang sering dilekatkan pada gaya filem pembebasan Italia. Kekuatan Penyemir Sepatu adalah uraian kisah faktual melalui gaya ambilan gambarnya dan kesinambungan yang mengobservasi. Tidak ada yang agung dalam kisah Giuseppe dan Pasquale. Semua tokoh pernah mengalami kesalahan karena keadaan, namun disitulah letak Penyemir Sepatu sebagai kisah manusia dan kemanusiaannya.

Menurut Zavattini, observasi adalah kisah, setiap orang memiliki skenario ambilan gambarnya (shooting-script) sendiri. Zavattini berusaha membebaskan diri sebagai penulis skenario dalam semangatnya yang tradisional. Seperti pada filem ini, Giuseppe dan Pasquale merupakan dua anak bersahabat yang bekerja sebagai penyemir sepatu, namun memiliki nasib yang tetap berbeda ketika keduanya berada dalam penjara. Vittorio De Sica mengungkapkanya melalui kisah visual, yaitu realisme yang diciptakan.

Filem Penyemir Sepatu adalah karya awal Vittorio De Sica yang cukup memberikan pijakan terhadap realisme itu sendiri. Selain itu melalui Penyemir Sepatu, De Sica memberikan cara baru teknik pengisahan dalam filem, yang berangkat dari seni pembebasan. Kisah faktual dalam filem ini, bukanlah sesuatu yang dokumentatif. Apabila kita menonton filem ini, terlihat jelas Vittorio De Sica dan Zavattini berusaha keluar dari banalisme realitas itu sendiri. “Reproduksi setia terhadap realitas, sesungguhnya bukan seni”, kata André Bazin.




[/tab_item] [tab_item title=”EN”] (Temporarily available only in Bahasa Indonesia)
[/tab_item] [/tab]

Recommended Posts

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Start typing and press Enter to search