Arkipel sebagai sebuah festival internasional di Indonesia, tidak lepas dari usaha untuk membangun semangat dan gagasan ‘kelokalan’. Dalam konteks gagasan festival Arkipel ini semangat dan gagasan tersebut diistilahkan sebagai ‘kelokalan citraan’ seperti yang tertera pada pengantar katalogus direktur artistik Arkipel International Documentary and Experimental Film Festival 2013, Hafiz Rancajale. Semangat ‘kelokalan citraan’ pada festival Arkipel ini memang tidak lepas dari para sutradara pendahulu kita semenjak Usmar Ismail, Dr. Huyung, Bachtiar Siagian, Kotot Sukardi, Djajakusuma, dan Nawi Ismail uang telah berusaha merumuskan apa yang dinamakan sinema Indonesia melalui eksperimentasi pada karya-karya filem fiksinya. Kelanjutan dari semangat dan gagasan ‘kelokalan citraan’ tersebut bisa kita lihat pada hari ketiga Arkipel International Documentary and Experimental Film Festival 2013, yang memuat sebuah program Pemutaran Khusus (Special Screening) dengan menayangkan Naga yang Berjalan di Atas Air (2012) karya Otty Widasari yang bekerja sama dengan Komunitas Djuanda – Tangerang Selatan, serta International Premiere yang menayangkan Elesan deq a Tutuq (2013) karya Syaiful Anwar. Dua karya yang penayangannya diadakan di Kineforum Taman Ismail Marzuki (TIM), adalah karya-karya dokumenter yang melibatkan warga setempat untuk terlibat bersama dalam menarasikan dan merepresentasikan tentang gambaran masyarakat di wilayah setempat mereka masing-masing.
Selain sesi kompetisi internasional (International Competition) yang diadakan pemutarannya di GoetheHaus, pada hari ketiga festival Arkipel juga memuat program kuratorial, yang dikuratori Bunga Siagian, dengan mengangkat filem berjudul Helsinki, Forever (2008) oleh sutradara asal Finlandia, Peter Von Bagh yang diadakan di Kineforum – Taman Ismail Marzuki. Filem ini menggambarkan tentang kota Helsinki melalui footage-footage dokumentasi dan potongan filem yang mengambil latar dan representasi kota tersebut. Program kuratorial ini menjadi cukup penting bagi pewacanaan dan pengertian arsip yang dibahasakan ke dalam filem dokumenter, khususnya tentang pengalaman kota di masa lalu. Pada sesi kompetisi internasional banyak memuat karya-karya eksperimental yang cukup memberikan sebuah wacana dan khasanah bahasa baru sinema dokumenter dengan menayangkan beberapa karya kompetisi diantaranya adalah Ecce Ubu (2012), karya sutradara asal Italia, Luca Ferri pada Kompetisi Internasional 4. Serta pada Kompetisi Internasional 5 yang satu diantaranya menayangkan filem berjudul Old Cinema, Bologna Melodrama (2011) karya sutradara Davide Rizzo asal Italia. Pada Kompetisi Internasional 5 juga menghadirkan karya sutradara yang cukup dikenal yakni Jean-Gabriel Périot asal Perancis dengan filem berjudul The Day has Conquered the Night (2013). Ketiga karya sesi kompetisi ini adalah sebuah pewacanaan penting dalam memandang perkembangan bahasa dokumenter kekinian di dunia melalui bahan baku ‘kelokalan’ citra yang khas. Masing-masing karya pada sesi kompetisi tersebut berusaha untuk membuat eksperimen dan kemungkinan baru baik secara tematik maupun secara bahasa sinema dokumenter untuk menjangkau realitas setempat dengan teknik dan cara pandang yang kekiniaan.
Sebagai sebuah khasanah festival yang bermatra internasional, Arkipel berusaha menghadirkan perkembangan sinema dokumenter di negara lain sebagai bagian dari memperluas wacana dan bahasa sinema dokumenter dan eksperimental yang ada di dunia. Salah satu usaha tersebut adalah dengan membuat program berupa Prensentasi Khusus dengan mengundang Image Festival, Toronto – Kanada sebagai salah satu festival yang cukup berkualitas di Negaranya. Pada sesi Presentasi Khusus Image Festival menghadirkan Scott Miller Berry sebagai pihak festival yang langsung di hadir di Teater Kecil – TIM (salah satu venue) dalam mempresentasikan programnya. Materi acara program Presentasi Khusus dari Image Festival ini terdiri dari dua program, dan pada hari ketiga festival Arkipel ini, Image Festival mengadakan Program II berupa pemutaran filem berjudul River and My Father (2010) oleh sutradara Kanada/Cina, Luo Li. Pasca pemutaran filem tersebut, festival Arkipel berusaha menjembatani hubungan antara penonton dan sutradara dengan diskusi tatap muka antara sang sutradara filem secara langsung dengan penonton melalui perbincangan jarak jauh via internet.
Apa yang dilakukan oleh Arkipel International Documentary and Experimental Film Festival 2013 pada hari ketiga ini, cukup memberikan khasanah baru bagi para penonton festival, baik dari pengalaman menonton maupun memperluas wawasan pewacanaan sinema, sampai dengan diskusi tentang sinema dokumenter dan eksperimental melalui program-program pilihan serta karya kompetisi yang berkualitas guna memberikan pengalaman dan bahasa baru dalam perkembangan sinema dunia di Indonesia.
[/tab_item] [tab_item title=”EN”]Available soon..
[/tab_item] [/tab]