Kita semua yang berkarya di Republik Sosialis Uni Soviet sadar bahwa dengan kemampuan teknik kita, kita tidak dapat maju mewujudkan filem bersuara di masa depan yang dekat ini. Di saat yang sama,kami pertimbangkan itu sebagai kesempatan untuk menyatakan sejumlah alasan dasar soal wahana teoretis guna perhitungan munculnya penemuan tersebut, yaitu bahwa kemajuan di filem ini sudah jadi kerja salah arahan. Sementara salah pandangan atas kemampuan yang sejalan penemuan teknik baru itu mungkin tidak hanya menghalang pengembangan dan penyempurnaan sinema sebagai seni, tapi juga ancaman yang bisa menghancurkan segenap pencapaian resmi kita saat ini.
Filem, yang sekarang bekerja dengan imaji-imaji [citraan] visual, punya dampak yang sangat kuat terhadap manusia sekaligus punya hak penuh mencapai kedudukan utama di antara seni-seni yang lain.
Sudah diketahui bahwa makna dasar (dan satu-satunya) yang telah membawa sinema pada daya pengaruh sangat kuatnya ialah MONTASE. Kekuatan montase sebagai makna terdepan atas pengaruh ini, jadi kata-pembenar tak-terbantahkan bagi dunia luas pembangunan kebudayaan sinema.
Pada tingkatan terpenting, keberhasilan filem-filem Soviet di layar dunia merupakan hak bagi metode-metode [tatacara] montase yang mulai diadakan dan dikonsolidasikan.
Karena itu, demi pengembangan sinema selanjutnya, masa terpenting satu-satunya ini adalah perluasan dan penguatan metode montase yang dapat mempengaruhi penonton. Dari sudut-pandang ini, pengujian tiap penemuan baru akan mudah menunjukkan tidak bermaknanya filem berwarna dan stereoskopi dibandingkan dengan besarnya makna SUARA.
Rekaman-suara merupakan penemuan sampingan dan paling memungkinkan untuk terus digunakan selama garis pertahanan itu melemah, atau selama rendahnya garis pemuasan keingintahuan.
Di tahap awal akan terjadi eksploitasi komersial [pencarian keuntungan] barang yang paling bisa dijual: FILEM BICARA. Dengan rekaman suara, barang itu akan sampai pada bentuk naturalistiknya di layar, tepatnya, kaitannya dengan gerak dan bukti kepastian ”ilusi” dari sosok-sosok yang berbicara, benda-benda yang bersuara dan sebagainya.
Masa awal dari kegemparan itu tidak merusak pengembangan seni baru ini, melainkan masa tenang berikutnyalah yang mencemaskan, masa yang akan mengisi rusaknya kemurnian dan terangnya tangkapan awal peluang teknik baru itu yang dapat mempertegas zaman penggunaan otomatisnya demi ”ketinggian drama budaya” zaman ini maupun tampilan fotografis lain dari sejenis sandiwara.
Dengan cara itu, penggunaan suara dapat menghancurkan kebudayaan montase, karena tiap TEMPELAN suara pada sepotong montase visual memperbesar kebekuannya sebagai montase dan memperbesar kebebasan maknanya –yang niscaya merusak montase, dan bukan pengerjaan langsung atas potongan-potongan montase, melainkan pada PERANGKAIAN-nya.
HANYA PENGGUNAAN CONTRAPUNCTAL suara terkait dengan potongan montase visual sajalah yang bisa menguntungkan kemampuan baru pengembangan dan penyempurnaan montase.
KARYA AWAL PERCOBAAN DENGAN SUARA HARUS TERARAH DI SEPANJANG GARIS ANTARA SUARA LANGSUNG DENGAN CITRAAN-CITRAAN VISUALNYA. Dan hanya gempuran semacam inilah yang dapat menghasilkan kejelasan penting yang kemudian menuju pembentukan ORKESTRASI TAMBAHAN dari citraan-citraan visual dan aural.
Penemuan teknik baru ini bukan peristiwa kebetulan sejarah filem, melainkan jalan keluar alamiah [organis] atas segala kebuntuan beruntun yang terasa berisi keputusasaan atas budaya sinema garda-depan.
KEBUNTUAN PERTAMA adalah tema peniruan yang sama-sekali merupakan upaya sia-sia untuk mengaitkannya dengan komposisi montase sebagai potongan montase (seperti membedah kalimat atau kata-kata, peningkatan dan penurunan luas tipe yang terpakai, jalannya gerak kamera, animasi dan sebagainya).
KEBUNTUAN SUARA adalah potongan-potongan PAPARAN (contohnya, sisipan close-up tertentu) yang membebani komposisi montase dan melambankan alur-waktu.
Tugas tema dan cerita kian pelik setiap waktu; upaya-upaya guna memecahkan hal itu dengan metode montase ”visual” lain itu sendiri mengarah pada masalah yang tak terselesaikan atau memaksa sutradara agar mengandaikan penempatan struktur [bangunan] montase yang pada akhirnya menerbitkan kekhawatiran atas kemerosotan dan kereaksioneran yang tanpa guna.
Penempatan suara sebagai unsur montase baru (sebagai faktor terpisah dari citraan visual) atas makna baru tak terhindarkan dari kekuatan luar-biasa ungkapan seni dan jalan-keluar upaya terpelik itu, kini menekan kita dengan mustahilnya penanganan lewat makna dari metode filem yang tak sempurna, yang bergerak hanya dengan citraan visual semata.
METODE CONTRAPUNCTAL penciptaan filem-bersuara bukannya tidak melemahkan SINEMA DUNIA, kecuali membatasi peredarannya di dalam negeri, dibanding sebagaimana dulu terjadi dengan pemfileman drama-panggung namun telah dapat memberi kemungkinan bagi persebaran gagasan-gagasan ekspresi filmis ke sepenjuru dunia.
Penandatangan:
S. M. Eisenstein
V. I. Pudovkin
G. V. Alexandrov
_________________
Diterjemahkan dari Apendix A: ”A Statement on the Sound Film” (hlm. 257) dalam Eisenstein, Film Form and The Film Sense, terjemahan bahasa Inggris oleh Jay Leyda, New York, 1958. Dialihbahasakan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Redaksi Jurnal Footage
[/tab_item]
[tab_item title=”EN”]
(Temporarily available only in Bahasa Indonesia)
[/tab_item]
[/tab]