Wawancara dengan Bronnt Industries Kapital
Geometer: Aku cuma dengar Haxan lewat musik filem kalian – filem luar biasa, dan begitu terkejut aku tidak pernah mengetahuinya. Bagaimana awalnya sampai kau tahu filem itu?
Guy: Kali pertama kami didekati untuk memainkan musik filem buat Haxan itu langsung di Cube Cinema independen Bristol lewat organisasi Aetas Arcanum. Apa yang sebenarnya dimaksud menjadi bagian dari malam musik tafsir bebas itu jadi semacam obsesi bagi Bronnt. Haxan seringkali dipandang karena keengganannya untuk dikaitkan ke dalam genre-genre atau pendekatan yang ketat – filem itu jadi korban kelonggarannya sendiri. Pada intinya Haxan merupakan dokumenter historis, tapi memakai beragam gaya dan media – ilustrasi, animasi dasar, pelukisan mekanis neraka mengerikan, dramatisasi, dan senarai fantasi gigil memakai efek khusus yang inovatif [saat itu] – untuk menggambarkan sejarah perdukunan. Di satu sisi, filem itu menyoal kekerasan alamiah dan keresahan moral yang menuntun sikap salah paham orang-orang yang mengangkat subjek filem itu. Tapi tetap saja, banyak dari rangkaian dramatisnya agak terlalu seram dan dimasukkan buat sekadar jadi gambaran dunia bayang hunian si tukang sihir.
Dulu rencananya melengkapi gaya di banyak sudut filem itu dengan sebuah musik filem yang pendekatan dan nadanya beragam. Banyak dari lagu-lagunya memakai instrumen yang boleh-jadi tersedia saat filem itu dibuat – melimpahnya penggunaan instrumen orkestral tradisional – klarinet, piano besar, gendang, dan lain-lain – bercampur instrumentasi dan olahan kontemporer, meski tetap mempertahankan kegelapan awal abad kedua puluh.
Geometer: Musik filem kalian begitu beda dari aslinya (rumpun musik Beethoven, Schubert dan sebagainya). Musik filem kuno terasa sederhana, tertib dan berbau pencerahan yang berpadu dengan semacam musik klasik – dan pesannya tampak bahwa hal-hal yang kita tonton ada di masa lampau dan terkendali. Di sisi lain, musik kalian lebih gelap – dengan tekstur yang keluar fokus dan berirama lebih berat –apakah itu sengaja? bisakah kau bicara sedikit soal itu?
Guy: Jelaslah sengaja membuat musiknya lebih berat – apalagi ini ADALAH filem soal ketakutan dan kekerasan terhadap manusia yang sungguh di luar nalar. Tapi pada musik aslinya, ada juga kelemahan emosi pribadi, yang kuharap bisa ditaklukkan – Bronnt menampilkan Haxan langsung di Le Beo. Aku ketahui banyak kisah filem itu sangat dekat dan menyedihkan, misalnya kesusahan Maria sang Perajut dan si pemabuk Apelone, dan di bagian ini musiknya terasa tidak adil.
Keanehan lain soal filem ini yaitu enggan bersikap tegas untuk sebaik-baiknya menjelaskan secara rasional soal perdukunan, di satu sisi sebagai hasil ketakutan moral dan absurditas religius, dan di sisi lain, serba kejadian supranatural. Semuanya mau aku tegaskan lewat musik filem ini, yang terus-menerus menuntun secara perlahan lalu keluar fokus; memakai tiap satuan bunyi yang tersambung sempurna dipadu kolase bunyi samar-samar. Demi tujuan itu, banyak musik filem sengaja diperlamban dan berulang, diperendah dan dinodai loncatan kian kemari lajur-lajur dari mesin-mesin rekaman kuno.
Geometer: Bagaimana kalian bisa menemukan tempat pertunjukan? Satu-satunya rujukan nyata yang aku punya ialah soal orang yang melakukan pertunjukan langsung musik filem itu – kau tahu Stock Hausen and Walkman?
Guy: Ya.
Geometer: Ya, dia – Andrew Sharpley dari Stock Hausen and Walkman – dia lagi coba cari tempat pertunjukan buat grup musik barunya [A&E yang luar biasa itu] dan dia bilang seusai itu, semua orang malah mau pesan dia buat sejenis filem wajib atau hal visual yang sepele. Tanpa filem, dia tidak diterima secara layak. Semua mau pesan musik buat filem tapi… Apa ini dengan sendirinya kalian temukan, hal yang gampang diterima?
Guy: Lebih gampang diterima dengan filem? Kupikir kami cukup mujur, sebab musik pengiring filem beda sekali dari musik pengisi langsung di rangkaian Bronnt saat itu, jadi ini dua hal berbeda. Satu lebih pelan dan menekan, serta berbasis ensembel – banyak instrumen dan alat klasik – dan pertunjukan langsung lebih elektronis, lebih cepat. Anehnya dengan ini jadi lebih gampang diterima di negara tempat kami tidak bisa menerjemahkannya, ketimbang di Inggris. Itu tidak benar, kami lakukan itu beberapa kali di Inggris, tapi dua kali kami mengerjakannya di Perancis, dengan subteks Inggris.
Geometer: Oh ya? Dengan segala rumit orang Prancis dan bahasanya?
Guy: Ya! Bahkan tanpa subteks Prancis. Sekarang kami sudah punya subteks bahasa Prancisnya, jadi kami bisa adakan pertunjukan “beradab” tontonan di Prancis, dan kami lakukan itu di Jerman, lagi-lagi dengan bahasa Inggris. Tapi sekarang lagi siapkan orang buat bikin subteksnya, sebab tahun depan ada beberapa pertunjukan yang kemungkinan diadakan di negara berbahasa Jerman, dan aku mau orang tahu apa yang terjadi. Tapi tetap saja lucu, karena banyak cara menerjemahkannya ke bahasa Inggris betul-betul lucu, sebab filem ini kuno sekali.
Geometer: Karena aslinya dalam bahasa Swedia, kan?
Guy: Ya, benar. Tapi bahasa Swedia kuno; kawanku James (Mole Harness), yang sekarang tinggal di luar Swedia, aku lihat dia nonton filem itu di sana dan kata orang Swedia pacarnya, teksnya, sub-sub judulnya, benar-benar bahasa Swedia kuno, sangat antik, resmi sekali, dan diterjemahkan begitu saja ke bahasa Inggris, jadi terasa menggelikan. Aku tidak tahu apa benar –sebut saja terjemahan bahasa Prancisnya sebagai contoh– formalismenya, dan kupikir rasionalismenya, mencerminkan filem itu.
Geometer: Kau bilang sebelumnya, bagaimana di saat akhir, filem itu bernada Victorian: Ya, tentu saja, kami semua paham sekarang kalau sudah begini.
Guy: Ya, ya. Semua sudah terjelaskan. Penutupnya selalu tampak membangkitkan tawa penonton saat beralihnya dogma aneh teologis ke teori psikoanalitik yang juga aneh. Dalam banyak caranya, semua itu kini sungguh menggelikan: sang amatir zaman Victoria, terobsesi pada kemajuan, yaitu ketiadaan fenomen, betapapun janggalnya, berada di luar ranah paparan penyidikan ilmiah yang kaku.
Geometer: Tapi di saat yang sama ia tetap ada, sangat gembira, dan menaruh sekian banyak upaya ke dalam spesial efek yang luar biasa. Aku pernah membaca, filem ini salah satu filem bisu termahal yang pernah dibuat di zamannya.
Guy: Ya, banyak spesial efek yang sungguh mengerikan. Misalnya di bagian saat orang-orang membawa si pencuri ke tiang gantungan dan mematahkan jarinya, itu tampak nyata, sebab sinematografinya betul-betul seperti melicinkan jalan yang memang sudah berminyak, dan betul-betul sakit jadinya semua kejadian itu –maksudku, jelas jari itu dibuat dari lilin atau apalah– benar-benar menyeramkan.
Aku pikir itu tidak terlalu bagus diangkat, dan beberapa aktor, memerankan penyihir tradisional bertampilan cebol uzur yang cukup menakutkan. Pemilihan aktornya benar-benar baik. Tapi, aku merasa cukup rewel saat melihat bayi bergelantung di ketel besar dengan darah menetes. Menyeramkan sekali. Mengejutkan memang cara bagian ini dibangun dengan paduan iblis yang menakjubkan, rabaan para penyihir dan serba pengorbanan itu. Tapi banyak juga spesial efek yang gagal, tersisa pada jerangkong kuda, kuda yang keliaran bolak-balik di adegan itu, betul-betul bisa kau lihat kaki orang berjalan di bawahnya.
Geometer: Kau tak percaya sepenuhnya kan? Kau takkan lupa kalau kau lagi menonton filem. Tak tahulah, apa kau akan lakukan itu saat itu juga –meski kupikir dalam konteks ini orang zaman itu lebih naif.
Guy: Kau sadari betul saatnya seorang sedang mencipta kembali adegan-adegan ini, meskipun orang itu betul-betul terlibat di dalamnya dan mungkin juga jadi pemuja setan. Sutradaranya, Christensen, adalah pribadi menarik. Ada cerita saat ia ditempatkan di satu hotel bersama penyanyi opera Caruso –mereka menghuni kamar yang berseberangan. Caruso mendengar Christensen berlantun tengah malam –Christensen bersuara merdu– lantas Caruso coba mengajaknya bekerjasama di karyanya nanti, tapi Christensen menolak, berkoar kalau ia cuma mau nyanyi saat tidak ada orang. Sepertinya, ia semata jadi diri sendiri saat benar-benar pegang kendali, sewaktu ia sekadar meluaskan kehendaknya pada orang lain. Ada kejadian soal dirinya. Mengerjakan ambilan gambar coba tukang sihir beterbangan di udara, ia benar-benar ada di adegan itu. Duduk pada sapu di atas sebuah kursi, dan itu benar-benar dirinya.
Geometer: Menunjukkan apa yang seharusnya dilakukan.
Guy: Ia sedikit mengingatkanku pada Herzog dalam hal keras kepala dan perlakuan jeleknya pada aktor atas nama meraih tampilan realistik – ia berkeras kalau semua adegan akan difilemkan di malam hari demi memunculkan ‘sisi gelap’ para aktornya, menempatkan para aktris muda pada peranti siksa (thumbscrew), dan akhirnya melibatkan banyak adegan luar kamera keluar dari tokoh-tokoh yang sudah dipilih saat suntingan terakhir. Christensen, jelas memainkan peran setan di banyak adegan. Adegan paling tenarnya adalah setan yang muncul mendadak, itu Christensen… dan adegan saat dia datangi gadis yang tidur malam-malam.
Geometer: Ya ampun, buat pribadi yang sangat tertutup! Maksudku, pada dasarnya dia menikmatinya, kan? Ada juga adegan di filem saat dia bilang si perempuan, aktrisnya, meminta dirinya dipasangi peranti siksa, dan kau jadi berpikir, apa benar si aktris minta dia melakukan itu?
Guy: Bagus sekali para pemain membiarkan itu masuk, banyak tontonan tanpa arahan para aktornya. Di situ para perempuan gaek lagi membicarakan pengalaman-pengalaman perdukunan. Maksudku, inilah titik saat rasionalisme benar-benar tak teralihkan; masih ada unsur pengadilan tukang sihir serta ketidakpercayaan orang pada landasan yang sama-sekali tak nalar di Eropa Utara.
Geometer: Aku pikir, hari-hari ini tak ada lagi ketidakpercayaan orang yang sungguh-sungguh pada landasan yang tak nalar!
Guy: [tertawa] Ya, tentu saja!
Geometer: Kita sudah benar-benar melewatinya! Saat daftar anggota BNP (British National Party – partai kanan radikal/rasis Inggris) dikeluarkan hari ini [20 November 2008] gambarannya cukup jelas.
Guy: Ya, aku sedikit tak nyaman dengan semua itu. Maksudku, yang terjadi adalah hal yang saling berlawanan. Sekarang, BNP akan gunakan undang-undang Hak Azasi Manusia untuk menentangnya –hal yang sungguh mereka tentang, sebentuk legislasi Eropa– dan mereka sudah gunakan itu untuk menentang ini.
Geometer: Ciamik.
Guy: Lantas, semua orang ini, yang biasanya menentang KTP dan Negara Saudara Tua (sebutan bagi negara super protektif yang selalu mengintai warganya dengan bantuan teknologi canggih) berpikir bahwa ini benar-benar hal baik, bahwa semua data ini sudah keluar. Ini hanya perilaku saling tak terpahami dari kedua pihak, sebenarnya.
Geometer: Kau heran bagaimana ini akan dimainkan, sebab dengan histeria pedofil, situasimu adalah publik tahu tentang seorang pedofil lokal atau pediatris (dokter anak) dalam kasus ini, dan kupikir tampilan bebas pengeboman atau penimpukan jendela rumah anggota BNP bakal aneh dan mengerikan. [ Hampir saja saya menyunting wawancara ini, terpikir soal bagian pengeboman itu terkesan naif. Sayangnya saya salah, dan di hari-hari sejak wawancara terjadi, setidaknya ada satu serangan bom yang terkait dengan daftar itu].
Guy: Dan semua itu menunjukkan sama sekali gagalnya argumantasi terkait maupun upaya memahami kebencian tak nalar –itu memperlihatkan gagalnya menentang orang-orang ini dengan– tentu saja argumen yang hebat! Untuk memahami mengapa orang-orang ini melakukan perbuatan mereka.
Geometer: Menurutku, di sini bedanya dengan kasus perdukunan, yakni aku tidak bisa tahu, dalam rentang 100 tahun atau berapalah, sekian norak yang bukan-bukan untuk membuat dokumenter dengan menggali kesenangan gila BNP. Di situlah, kupikir, saat paralelnya bertumbangan.
Apa belakangan ini kau lihat soal, di mana para penyihir moderen meminta maaf terhadap –sekian banyaknya para penyihir yang dibunuh di Inggris selama periode perburuan dukun berlangsung.
Guy: Aku tidak melihatnya. Para Wicca [penganut agama neopagan] itukah?
Geometer: Kukira, ya.
Guy: Hebat. Gerakan moderen sesumbar soal hak demonstrasi atas nama seseorang yang mungkin sama sekali bukan tukang sihir. Kedengarannya janggal. Menarik diketahui betapa kisah-kisah konyol yang dipelintir gereja sudah membuka jalan pada praktik-praktik perdukunan moderen. Banyak sekali itu diinformasikan dan didorong oleh gereja. Betapa kisah-kisah anekdot soal perdukunan sebenarnya hanya bikinan gereja, tapi telah digelontorkan sepanjang abad dan jadi dogma.
Geometer: Aku terpikir soal cara bagaimana orang-orang di seluruh dunia berkoar soal leluhur Irlandia dengan sedikit atau tanpa pembenaran, tapi ini bergeser jauh dari soal itu, ya? Tidak ada hubungan genetik, lebih tepatnya bahkan tak ada hubungan ritual sedikitpun, orang-orang ini tidak berpikir diri mereka sendiri adalah dukun. Hanya ada semacam simpati aneh terhadap hal yang barangkali begitu luasnya sudah dibentuk oleh gereja. Penciptaan para algojo.
Guy: Ini jelas tidak membeberkan semuanya, tapi akan menarik sekali tahu berapa besar pengaruh itu. Kupikir tak ada yang perlu ditakuti dengan kaitan sebab-musabab masa lalu yang sejauh ini, terlepas setuju atau tidak, bebannya agak dihubungkan dengan kehidupan moderen. Misalnya, kuatnya pemahaman BNP sebagai Inggris sejati, dan ini sangat kabur, sama-sekali tanpa dasar nalar. Pembenaran untuk itu sekabur skema genetik gunaan Nazi atau gunaan kaum imperialis di Rwanda, perbedaan genetik antara Tutsi dan Hutu –sangat arbitrer tapi jatuh ke dalam dogma, ke dalam kearifan yang dibakukan.
Geometer: Menarik, terlebih dengan dogma gereja dan dogma kaum rakyat soal para penyihir. Jika ada hal yang bisa kau lembagakan, saat itulah, makna kosakata religius itu kabur, seolah bahkan itu terlalu lemahnya, jika itu cocok dengan prasangka, maka makna itu dapat diterima. Ada adegan di Haxan, saat tukang tangkap penyihir lokal datang dengan leburan logamnya, ia ayunkan wadahnya ke tubuh lelaki yang sakit. Orang ini melakukan uji jimat dan berkata, “ya, ini ilmu sihir,” lalu keluarga itu lari ke gereja.
Guy: Suatu pengilahian, tapi lantaran memakai unsur pokok, tampaknya sebagai proses ilmiah. Misalnya memanterai daun teh, tapi karena hal itu berlangsung melalui proses industrial, teh itu sudah diwangikan dan dituangkan ke dalam air, sehingga di situ terdapat ketetapan dasar dan pendekatan moderen bagi hal itu. Ini cocok dengan gagasan bahwa perangkap industrial lebih berharga dan terpercaya ketimbang ‘sihir’.
Geometer: Kupikir, ketika itu gereja sangat terbebani mantera penemuan kembali teks-teks Yunani dan Arab –jika pewaktuanku tepat, semua penemuan kembali segenap hal tentang atomisme, intisari dari sarjana-sarjana Arab, dan Plato, Aristoteles dan pra-Sokratik, tidaklah begitu lawas. Jadi mungkin sekali, dari sanalah semua berasal. Mungkin persisnya, ini cuma omongkosong (bollock), dan kupikir pewaktuannya cukup tepat. Mereka bakal skolastik, dan kupikir pengaruhnya bertahan cukup lama. Jadi mungkin aroma ini beserta logam-logam dasar unsur-unsurnya, pencitraannya boleh mungkin diterima oleh gereja di masa itu.
Guy: Aku takkan mengira begitu sebelumnya.
Geometer: Jika kuperiksa, ternyata bualan ini sepenuhnya akan diserahkan padamu, “Guy bercerita kepada saya soal…”
Guy: “Teori ‘dahsyat’ punyanya”
Geometer: [tertawa]
Mending kita kembali ke obrolan kita tadi –cara gagasan-gagasan perdukunan moderen sudah jadi motif bualan, cerita rakyat, dan propaganda gereja atau mungkin semacam praktik-praktik keikhlasan. Dan gereja sendiri punya masalah serupa melalui penemuan kembali segala teks Yunani dan Arab, dan bahkan melalui sesuatu seperti Dante, yang membuat pilahan besar pada citraan Kristen, tapi ini hanya satu orang, banyak gagasan yang tidak ada kaitannya dengan Alkitab; baru-baru ini kubaca, citraan Dante mungkin berkaitan dengan citraan Islami. Nerakanya Dante adalah Santa Klaus –maha komposit seduktif, sebuah produk luar tradisi dalam banyak cara.
Guy: Tapi dia masih melayani kepentingan gereja, dan dengan begitu bisa dirancang. Ada tradisi sangat kuat untuk itu, gereja, bak waralaba menyesuaikan diri pada tradisi lokal. Demi kekuasaan atas rakyat, seringkali mau melakukan konsesi-konsesi lokal tertentu. Adopsi upacara pagan adalah cara paling tenar untuk ini. Memindahkan Natal ke Desember, juga Paskah, hari Eostres Spring Equinox (hari raya perempuan yang berlangsung pada puncak musim semi). Selalu saja ada cara merancang apa yang penting atau bermanfaat bagi orang demi memperoleh kepatuhan.
Dan sungguh ada sejarah kuat ilmu pengetahuan dan filsafat yang didukung agama tapi seringkali berjalan menentang keyakinan agama –semua yang– aku berpikir maka aku ada– muncul dari seorang penaat patuh agama dan disokong oleh gereja. Dan orang itu mengalami perang batin yang besar usai menjalani pendidikan keras agamanya.
Geometer: Descartes itu paling klasik, yang lahir dari pemikiran keagamaan, hingga akhirnya pemikiran yang dikembangkan dari cogito Descartes, berakhir dengan temuan metode ilmiah yang sungguh melucuti kewenangan gereja. Sejarah semua hal ini, perdukunan, lalu filsafat, keilmuan, hanya campur-aduk dan dikutuk, serta seringkali lebih dikaitkan sebagai murni kesempatan ketimbang beban semangat ilmu pengetahuan.
Guy: Begitulah kemajuan, jalan lurus ini. Kerap muncul dari tempat-tempat kelam, alkemi dan manipulasi unsur dasar, paham hakikat dan gagasan bahwa benda yang tampak mirip punya perangkat yang serupa, faedah biji kenari bagi benak. Sepertinya tautan yang aneh. Tapi kupikir pengetahuan tentang itu sejatinya datang dari penyidikan ilmiah terdini. Banyak dokter perintis dihukum sebagai tukang sihir lantaran mengambil tubuh-tubuh dari tiang gantung dan membedahnya, tapi wadah tunggal tautan itu yakni sebiji kenari terlihat bak otak yang hanya sekilas lewat dalam dongeng rakyat ketimbang sekadar ‘ilmuwan’ awal, yang lalu menciptakan –sebagaimana kita tahu, korelasi cacat antara bagaimana tampakan otak, [bak tampakan biji kenari], serta gagasan tempat kau bisa mempengaruhi perilaku seseorang dengan mengasupkannya ke orang lain.
Geometer: Ada satu artikel menarik bulan ini –di majalah Cabinet –soal warna biru Prussia (pigmen biru dongker). Kau tahu warna biru itu secara historis merupakan pigmen yang sangat sulit dihasilkan –jadi ada sang alkemis di sini– aku lupa siapa, tapi intinya dia seorang pembual besar [tertawa]. Dia berkelana keliling Eropa mendagangkan emasnya dan diusir tiap saat dia bikin jengkel orang –tampaknya sudah cukup sering. Jadi dia keliling Eropa mencoba solusi ajaib ini lalu berupaya mengubah batu jadi emas, dan selama waktu itu dia mengembangkan obat segala rupa penyakit; pengobatan pseudo-ilmiah minyak ular. Dia ciptakan obat ini lewat sejumlah proses yang rumit, yang sebagian melibatkan pembakaran darah hewan –lantas akhirnya, menghasilkan obat segala penyakit yang naga-naganya sebaik kotoran domba, tapi sungguh sangat tidak baik buatmu. Di saat itu juga, ada orang yang bekerjasama dengannya di laboratorium. Orang ini bakal habis bahan buat olahannya sendiri –sebagian akibat pembakaran, potas atau apalah –sehingga dia pinjamlah sebagian persediaan si alkemis brengsek itu. Pada saat inilah, olahan orang ini, yang tidak pernah membuahkan apa-apa, tahu-tahu menghasilkan warna biru cerah. Bisa begitu lantaran molekul darah hewan yang muncul pada serbuk bereaksi guna menghasilkan kimia ini. Si alkemis brengsek itu terus-menerus melacak alasan kegagalan ini dan jadi terkenal sedunia, sukses menghasilkan pigmen biru komersial: Biru Prussia. Lantas dia punya segala peralatan dahsyat lain, sebuah magnet molekuler yang punya manfaat medis sampai hari ini. Dan segenap kemajuan dahsyat ini timbul dari bualan konyol, kebetulan belaka; hal tak sengaja lewat produk yang terproses secara cukup meragukan.
Omong-omong, rasanya aku sudah ngendon di situ dan tertarik seperti dia, kita jalan kelewat ngelantur –ayo kita balik lagi ke musik. Aku tahu musikmu banyak mengingatkanku pada pustaka musik, atau musik insidental 1960an dan 1970an, apa kau penggemar musik-musik itu?
Guy: Jelas – Aku suka ide bahwa karya musik bisa dirancang sebegitu rupa buat direpresentasikan dan memproyeksikan emosi atau tema manusia yang sangat spesifik –yakni, pengalaman manusia itu bisa direduksi ke satu proses industri.
Makanya, banyak musisi yang kerja di pustaka musik tahun 60an & 70an lagi cari suara baru yang tidak pernah dimanfaatkan sebelumnya untuk menghadirkan suasana dalaman khusus jadi lingkup bagi eksperimentasi bunyian yang begitu luas, dan pendekatannya lebih bertualang –jelas tidak kaku, tuslah lini produksi. Ditambah banyaknya kepercayaan pada para musisi dari perusahaan-perusahaan rekaman, sehingga mereka seringkali menghasilkan barang eksperimental yang luar biasa keren. Dan tentu saja, zaman emas fiksi-ilmiah BBC dan drama TV supranatural, juga permintaannya akan efek dunia lain, menyediakan suatu lingkup bunyi yang luar biasa dari dunia dan dimensi baru yang pernah terbayangkan.
Geometer: Apa yang bakal dikerjakan Bronnt selanjutnya?
Guy: Saat ini kami lagi bikin album lain yang menampilkan lagu-lagu lebih cepat ketimbang Haxan.
Bronnt Industries Kapital menghasilkan dua album yang saat ini tersedia, Virtute et Industria dan Haxan Soundtrack di Static Caravan. DVD Haxan: Witchcraft Through the Ages, termasuk musik filem Bronnt, tersedia di Tartan films DVD. Semua ini bisa dibeli lewat website Bronnt.
Wawancara ini diterjemahkan oleh Mirza Jaka Suryana dan diterbitkan kembali atas kebaikan hati editor www.geometer.org.uk