Perbincangan mengenai perbatasan adalah kekinian Asia pasca kolonial. Pengertian ‘batas kini’ bukan lagi merujuk pada pengertian wilayah semata, namun juga perihal identitas. Dalam pandangan post-colonial identitas adalah sesuatu yang tidak stabil dan selalu bergerak di antara dua ruang yang cenderung mapan, yaitu ‘sang penjajah’ dan ‘sang terjajah’. Dalam pandangan Homi Bhabha, proses kebudayaan yang cenderung stabil ini sebenarnya membutuhkan sebuah ruang-ruang baru atau ‘ruang ketiga’ untuk melihat relasi oposisi biner tersebut. Di ruang ketiga inilah terjadi sebuah proses liminalitas dan hibriditas gerak identitas dalam kebudayaan. Ruang tersebut memberikan peluang pada kategori antara suku, bangsa, kelas dan lain sebagainya untuk tidak tunduk begitu saja dalam batas-batas esensinya. Dari sinilah terjadi semacam ruang pengucapan baru bagi sebuah identitas untuk bisa terus bergerak dan mempertahankan identitas dan eksistensinya.
Bahagia Bersamamu (Blissfully Yours): Pergulatan tentang Identitas
Filem Blissfully Yours (2002) karya Apichatpong Weerasethakul yang dalam Program Senin Sinema Dunia (SSD) Forum Lenteng diterjemahkan menjadi Bahagia Bersamamu. Berkisah tentang ‘perbatasan’ dalam situasi kekinian yang dialami seorang imigran dalam pergulatan eksistensinya. Berkisah tentang Min, seorang imigran gelap asal Myanmar di Thailand. Di awal cerita digambarkan Min mengalami penyakit bintik-bintik merah (ruam) yang cukup misterius. Pengobatan dokter tidak membantu penyembuhannya. Min tidak berani bicara sekalipun dengan dokter, karena logat Myanmar-nya yang tentu akan menunjukkan dia sebagai imigran gelap. Ia pun tidak bisa mendapatkan surat keterangan bukti sehat dari dokter, karena tidak memiliki kartu tanda penduduk. Min memiliki kekasih bernama Roong, seorang pekerja pabrik cendera mata patung keramik. Selain kekasih, ia juga memiliki kerabat bernama Orn, seorang wanita setengah baya yang mengalami kesepian dalam pernikahannya.
Suatu ketika Roong bolos bekerja dan Min mengajaknya pergi ke hutan, tempat rahasianya dengan pemandangan yang menakjubkan. Orn yang kesepian ternyata juga memadu kasih di hutan yang sama. Ia memadu kasih dengan Tommy, rekan kerja suaminya. Saat asik memadu kasih, sepeda motor Tommy hilang dicuri dan ia pun mengejar si pencuri. Orn ditinggal sendirian di hutan. Ia pun berjalan-jalan di hutan. Secara tidak sengaja bertemu dengan Roong dan Min yang sedang memadu kasih. Tiga tokoh ini pun berkumpul di tepian sungai. Di sinilah hadir pergulatan batin para tokoh dengan pertanyaan tentang batas-batas eksistensinya.
Ada dua narasi dan latar geografis filem ini. Pertama, prolog yang menggambarkan keseharian, konflik dan latar sang tokoh yang digambarkan dalam ruang perkotaan. Pada adegan ini, digambarkan bagaimana peliknya Min ketika sedang berobat ke dokter sebagai seorang imigran gelap. Pada latar ruang perkotaan digambarkan juga tentang kejenuhan Roong yang bekerja sebagai seorang buruh pabrik. Sedangkan pada tokoh Orn dalam ruang perkotaan digambarkan sebagai perempuan yang sangat menginginkan anak, seperti yang ia ungkapkan saat ia mengunjungi sang suami di tempat kerjanya. Di sana Orn bertemu Tommy. Adegan-adegan pada prolog ini memberi gambaran bagaimana latar dan hubungan antar berbagai tokoh yang cenderung horizontal, dimana tiap-tiap tokoh memiliki latar karakter berdasarkan relasi sosial.
Yang kedua adalah kisah yang berlangsung dalam latar geografis di hutan. Kisah dalam adegan-adegan di hutan ini adalah sebuah narasi keintiman atau ‘keasalian’ dari sang tokoh. Pada bagian ini ada semacam ‘patahan’ waktu tentang masa lalu-kekinian Min dan Roong. Gambaran tentang patahan masa lalu dan kekinian ini dihadirkan melalui kolase visual. Dalam kisah di hutan, Min dan Roong digambarkan dengan keintiman dua sejoli yang dimabuk cinta. Kemesraan dan cinta menghilangkan kebekuan yang mereka rasakan di perkotaan. Begitu juga dengan kehadiran Orn dan Tommy di tengah hutan yang sama. Ruang semacam inilah dalam konteks sinema disebut ‘ruang ketiga’, yaitu ruang altenatif seperti digambarkan oleh Homi Bhabha.
Alam sebagai Liminalitas
Pada Blissfully Yours, penggambaran peristiwa-peristiwa di hutan adalah semacam ‘ruang ketiga’ bagi Min. Karena dalam ruang ini ia dapat mengekspresikan segala bentuk kebebasan dalam identitasnya. Dalam hal ini hutan menjadi bentuk liminalitas, yang dalam pengertian psikologis sebagai indikasi ‘ambang batas’ dari apa-apa yang ada dalam diri tokoh. Dalam konteks ini, latar belakang Min sebagai imigran gelap terbatasi ketika berada di kota. Di hutan, Min bisa mengekspresikan segala perasaannya melalui hubungannya dengan Roong yang merupakan penduduk asli Thailand. Hutan sebagai sebuah liminalitas yang menjadi ruang ‘di-antara’ (in-between) dalam istilah Homi Bhabha. Dapat juga dilihat sebagai ‘ruang ambang batas’ di mana terjadi proses perubahan identitas Min. Adegan-adegan di hutan memperlihatkan Min menjadi pribadi yang bisa berbicara dan berekspresi. Sebelumnya, ketika Min berada di dalam ruang perkotaan, ia hanya diam dan menurut saja apa yang diucapkan oleh Roong dan Orn.
Apichatpong sangat pandai menempatkan kolase-kolase gambar masa lalu yang digabungkan dengan narasi berupa catatan surat-menyurat Min tentang masa lalunya. Dari narasi ini, tergambar jelas bagaimana pergulatan masa lalu dan perjalanannya ke berbagai tempat di kawasan Asia Tenggara. Kisah yang dinarasikan ini, hadir begitu saja dan berkelindan dengan gambar-gambar suasana hutan tropis nan eksotis. Kekinian bukan lagi sesuatu yang terpisah dengan masa lalu dan masa depan.
“Hutan” dalam Blissfully Yours bukanlah sesuatu yang bersifat eksotis. Realisme hutan Apichatpong merupakan strategi bahasa visual dalam membicarakan ruang-batas-antara dalam pencarian dan penegasan identitas. Hutan bukan sesuatu yang gelap apalagi menakutkan, bahkan bisa menjadi ruang domestik dalam pergulatan eksistensial. Ia menjadi semacam taman tempat dilepaskannya segala identitas yang mapan menuju sebuah identitas yang berada dalam tegangan. Hutan dalam bahasa visual Apichatpong menjadi sesuatu yang kontemporer bagi perbincangan mengenai perbatasan-perbatasan eksistensial. Hutan tidak lagi bersifat geografis, namun sebagai sebuah pengertian demarkasi dari yang liyan. Dalam filem ini, hutan menjadi kritik terhadap konvensi atau etika sosial kota. Bagi Apitchatpong, alam menyediakan persoalan kemanusiaan yang menempatkan manusia pada posisi mereka sendiri dalam keadaan ketidakberdosaan dan kemurnian, alam menjadi yang ideal dan domestik. Hutan juga menunjukkan karakter dan sebagai panggung narasi.
Realisme Thailand Kontemporer
Pada Blissfully Yours, Apichatpong mengurangi realitas para tokoh dan situasi Thailand kekinian. Tokoh-tokoh dalam filem dihadirkan dengan jujur melalui adegan-adegan keseharian. Contoh paling jelas adalah pada adegan pembuka filem: Roong dan Orn membawa Min berobat ke dokter. Tak ada emosi yang meluap-luap dalam adegan di ruang dokter. Ia dihadirkan begitu saja, sebagaimana kamera diletakkan di sudut ruangan mengarah ke tempat Min diperiksa oleh sang dokter. Apitchatpong menghadirkan gambaran para aktor di ruang sosial dan hubungannya dengan tokoh-tokoh lainnya. Tokoh dokter dihadirkan sebagaimana seorang dokter yang punya etika dalam bekerja. Ia tidak mau mengeluarkan surat bebas penyakit untuk Min, atas permintaan Orn. Meskipun sang dokter adalah tetangga dan sudah lama menjadi dokter keluarga Orn. Kode etik dan ketaatan pada hukum dipertentangkan dengan rasa kemanusiaan Orn yang ingin membantu kerabatnya, seorang imigran gelap dari Myanmar. Adegan-adegan pembuka ini lebih menunjukkan konteks sosial ketimbang penggambaran tokoh secara emosi maupun karekter pribadinya.
Hal yang sama juga digambarkan pada adegan ketika Min sedang menunggu Roong di tempat pos penjaga pabrik. Pada adegan tersebut, Min seperti menemukan ‘ruangnya’. Ia berbicara bahasa Myanmar dengan para penjaga. Apichatpong tidak perlu menjelaskan latar belakang para penjaga. Jelas mereka adalah para imigran ‘legal’ dari Myanmar, sebuah gambaran bagaimana posisi sosial imigran dalam tatanan masyarakat Thailand.
Kesegaran pada Blissfully Yours tidak dihadirkan dengan kelucuan yang dibuat-buat. Itu dihadirkan dengan membangun sebuah ke-artifisial-an pada tokoh tertentu. Seperti pada adegan ketika Tommy mengejar mobil yang disetir oleh Orn dan Min duduk diam disampingnya. Komedi ‘percintaan’ gelap dihadirkan dalam kejar-kejaran di jalanan, tanpa menjelaskan siapa yang diinginkan oleh Tommy. Orn tetap diam dan memacu mobilnya dengan kencang. Sementara Tommy berusaha menghentikan mobil dan Min pun juga tetap diam tak bersuara. Apichatpong mengurai adegan ini dengan sangat baik dan elegan tanpa bersengaja membuat kelucuan, namun memanfaatkan keseharian dan urutan narasi filem yang organis.
Blissfully Yours merupakan karya Apichatpong yang menggugah tentang situasi kekinian tentang Min sebagai seorang imigran gelap asal Myanmar, serta penggambaran tentang konstruksi hutan sebagai ruang liminalitas. Bidikan-bidikan Apichatpong pada karya ini adalah sebuah karya seorang sutradara yang mengenal betul realitas sosial lingkungannya, khususnya adalah kehidupan sosial masyarakat Thailand. Apichatpong mengkonstruksi realisme Thailand sebagai sebuah kekinian yang genial. Dan bahkan sebuah wacana realisme kekinian yang bisa memberikan perspektif baru dalam memandang Asia, yang juga membuat persepsi baru tentang realisme sinema kekinian.