In Artikel
[tab] [tab_item title=”ID”] Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta (IKJ) menggelar kembali Festival Film Penyutradaraan untuk kesepuluh kalinya. Apa yang beda? Selain tekanan tema yang menyoroti persoalan sosial, judul-judul kategorinya terasa sangat ceplas-ceplos.

Acara yang digelar di Kineforum Jakarta ini menampilkan 48 karya filem pendek dalam kategori umum, mahasiswa dan pelajar. Kategori dengan durasi tiga menit dimenangi oleh Indra Danu Saputra dengan karyanya, Aku Perempuan, dan William dengan karyanya, Matahari Malam, memenangi juara kedua.

Untuk kategori mahasiswa dan umum serta pelajar dimenangi oleh M. Adel Pasha dengan karya, Townwall, sedangkan karya Unexpected dari Gilang Ramadhan menjadi pemenang kedua.

B. W. Purbanegara memenangi penghargaan favorit dengan karya Cheng Cheng Po, lalu Pa’unk dengan karya Panco, sebagai favorit dua, serta penyutradaraan terbaik dimenangi oleh Murdining R. dengan karya, Bara Lara.

Pelaksanaan Festival Buruk
Pada festival ini juri menyatakan bahwa karya-karya yang lolos adalah karya-karya yang banyak membahas masalah lingkungan sosial, multikultural dan gender. Menurut penyelenggaranya, gelaran FFP ke-10 ini merupakan gelaran festival terakhir yang dilaksanakan oleh Fakultas Film dan Televisi IKJ. Tahun berikutnya, FFTV-IKJ akan merubah format festival. Namun, meskipun ini dicanangkan sebagai gelaran terakhir, pelaksanaannya terbilang buruk. Seperti dikatakan oleh ketua pelaksana program, Eric Gunawan, ketika menutup acara festival tersebut. “Festival yang diadakan oleh institusi semacam IKJ saya pandang sangat buruk dari segi penyelenggaran, rincian acara, sistem penjurian dan juga seremonial acara tersebut,” ucapnya, penuh sesal.

Festival ini buruk, karena di mana pun, sebuah festival itu identik dengan kemeriahan meski pun tidak harus mewah. Semestinya, gelaran acara semacam festival itu bisa dijadikan sesuatu yang ‘sakral’ dalam pengertian festival tersebut bisa dijadikan momen terpenting institusi IKJ. Sayangnya, begitu banyak soal-soal yang tidak perlu masuk ke dalam festival FFP IKJ ini. Mulai dari tajuk-tajuk tema yang terkesan dangkal, hingga ke persoalan hadiah yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan institusi pendidikan, seperti pemberian buku dan sebagainya. Semoga festival IKJ di tahun-tahun mendatang, sesuai dengan konsep barunya, bisa lebih berkesan, dan menjadi referensi dalam penyelenggaraan festival filem di Indonesia.
[/tab_item] [tab_item title=”EN”] (Temporarily available only in Bahasa Indonesia)
[/tab_item] [/tab]

Recommended Posts

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Start typing and press Enter to search