In Artikel

Di tengah bulan November (2009) yang dingin, saya berjalan menuju gedung Japan Society di tengah kota Manhattan, New York. Malam itu, Japan Foundation menjadi salah satu tuan rumah Performa Biennale, satu biennale seni performans terbesar di kota New York. Selain menghadirkan banyak penampilan performance artists, acara ini juga menghadirkan banyak artis/kolektif artis yang praktik artistiknya menabrak batas-batas disiplin seni sehingga tidak mengherankan kalau malam itu, saya datang untuk menyaksikan sebuah ‘pertunjukan’ video art.

Acara malam itu bertajuk Vital Signals: Japanese & American Video Art from the 1960s & ‘70s yang menghadirkan tiga sesi pemutaran video dan diskusi bersama dua artis video, masing-masing dari Amerika Serikat (Mary Lucier) dan dari Jepang (Takahiko Iimura), serta Barbara London, associate curator di Departemen Media The Museum of Modern Art (MoMa).

ps1

Moma_video1

Moma_video2

Hasil kerjasama Performa dan Electronic Arts Intermix (EAI)­—sebuah pusat data dan informasi video art terbesar di Amerika Serikat—, program pemutaran video art ini merupakan hasil riset sekaligus pemetaan perkembangan video art di New York dan Jepang pada tahun 1960-an dan 1970-an. Program mengetengahkan tiga sesi penayangan sekaligus tiga mode yang dipilih banyak artis video di dekade 1960 dan 1970-an yakni,
Open Television yang menghadirkan video-video pertama yang menyikapi munculnya media baru video; misalnya video dari artis Nam June Paik, Jud Yalkut, Toshio Matsumoto, Fujiko Nakaya, Chris Burden, TVTV, Saburo Muraoka, Tatsuo Kawaguchi, Keiji Uematsu, Ko Nakajima, Shirley Clark, Video Earth dan Video Information Center.
Sesi kedua, The Language of Technology memutarkan video-video yang mengeksplorasi perkembangan teknik seperti; manipulasi citraan elektronik dan play-back instan dari artis Nam June Paik, CTG, Gary Hill, Toshio Matsumoto, Katsuhiro Yamaguchi, Keigo Yamamoto, James Byrne, Takahiko Iimura, Kohei Ando dan Morihiro Wada. Sesi yang ketiga, Body Acts banyak memutar video-video yang bereksperimentasi dengan tubuh dan gestur emosi dengan artis Joan Jonas, Takahiko Iimura, James Byrne, Norio Imai, William Wegman, Katsuhiro Yamaguchi, Ante Bozanich, Mako Idemitsu, Paul McCarthy, John Baldessari, Hakudo Kobayashi, Mobuhiro Kawanaka dan Vito Acconci.

performa1

Masih dalam konteks acara yang sama, saya mengunjungi sebuah tempat bernama PS.1 Contemporary Art yang melaksanakan pameran ambisius berjudul 100 Years (November 1-April 5, 2010). Pameran ini merupakan retrospektif atas sejarah seni performans yang menyajikan 200 karya mulai dari karya filem, video, fotografi, dokumen dan rekaman audio mengenai seni performans. Berkenaan dengan pameran ini, EAI menyelenggarakan sesi khusus 45 Years of Performance Video from EAI. Pameran ini menghadirkan karya-karya video art terutama video performans, dari percobaan konseptual performans/video di akhir tahun 1960-an hingga video performans kontemporer yang bersandar pada estetika media digital.

Saya juga mendapatkan kehormatan dapat menyaksikan karya-karya Joan Jonas dalam retrospektifnya, Mirage yang berlangsung di The Museum of Modern Art (18 December 2009-31 Mei 2010). Beberapa bulan sebelumnya tepat ketika saya baru tiba di New York, The Whitney Museum juga menyelenggarakan retrospektif artis video terkenal Dan Graham (Dan Graham: Beyond, 25 Juni-11 Oktober 2009). Whitney Museum adalah museum pertama di Amerika Serikat yang menyelenggarakan retrospektif karya-karya Nam June Paik di tahun 1982 dan mengadakan ‘pameran’ seni media baru, terutama apa yang disebut software art/net-art.

Acara-acara ini mencerminkan empat bahasan penting yang menjadi pilar dari seni video di New York; artis, institusi/organisasi pendukung artis, museum dan pasar seni rupa.  Namun sebelum membahas keempat pilar ini ada baiknya kita membahas munculnya seni video di kota New York.

Dan Graham: Beyond

dan-graham-thumbprojects

Joan Jonas mendiskusikan Mirage

 

 

Sejarah Seni Video di New York

Kehadiran seni video di New York bisa dikatakan berlangsung sejak Nam June Paik  menggunakan kamera Sony Portapaknya untuk merekam kehadiran Paus Paul VI di sebuah musim gugur di New York pada tahun 1965. Paik memutar video hasil rekamannya di Café a Go Go di Greenwich Village, sebuah area artis yang populer sejak tahun 1950-an dengan nama Downtown Scene. Versi lain mengatakan bahwa Andy Warhol sejak tahun 1965 telah mengadakan pemutaran video di loftnya, The Factory di Greenwich Village. Namun versi Paik agaknya lebih mendapatkan kepercayaan dari para pengaji seni video.

Sebelum bermukim di New York, Paik sendiri adalah penggerak penting seni Fluxus dan telah aktif di dunia seni Eropa terutama Jerman. Ia banyak bekerja dengan artis Wolf Vostell yang pada tahun 1959 telah menggunakan televisi di dalam karyanya, Deutscher Ausblick. Nam June Paik dan Wolf Vostell merupakan dua orang yang hingga sekarang dianggap sebagai seniman pertama yang bergelut dengan medium video. Tahun 1963 misalnya, Vostell telah memamerkan karyanya, 6 TV dé-coll/age di the Smolin Gallery New York.

Wolf Vostell, Deutscher Ausblick (1959)

Setelah percobaan Paik, seni video terus berkembang, misalnya dengan karya Peter Campus, Double Vision yang mengkombinasikan sinyal dari dua Sony Portapak. Juga Joan Jonas dengan Organic Honey’s Vertical Roll yang menghadirkan rekaman-rekaman gambar yang di-play-back dalam televisi secara vertikal. Multi-channel video pertama digunakan oleh Ira Schneider dan Frank Gillette dalam karya Wipe Cycle (menggunakan sembilan televisi).

Pada tahun 1970, bertempat di San Jose State TV, Willoughby Sharp membuat seri video wawancara dengan para artis dengan nama Videoviews yang menghadirkan tokoh-tokoh seni New York seperti Bruce Nauman (1970), Joseph Beuys (1972), Vito Acconci (1973), Chris Burden (1973), Lowell Darling (1974), dan Dennis Oppenheim (1974). Pada tahun yang sama, Sharp juga menguratori pameran video art berjudul Body Works yang melibatkan artis Vito Acconci, Terry Fox, Richard Serra, Keith Sonnier, Dennis Oppenheim dan William Wegman di Tom Marioni’s Museum of Conceptual Art, San Francisco, California.

Peter Campus, Double Vision

Ira Schneider dan Frank Gillette, Wipe Cycle

Semenjak pameran-pameran ini, video art menjadi bagian tak terpisahkan dari perkembangan seni rupa kontemporer New York. Bukan hanya tempat-tempat seperti museum atau tempat pameran alternatif yang bisa memamerkan video, galeri-galeri komersial pun mulai mengakui video art sebagai komoditas dalam pasar seni rupa. Keberhasilan ini tentunya tidaklah datang begitu saja dari langit. Kita bisa melihat perkembangan penerimaan terhadap seni video ini dari penerimaan para kurator museum.

 

 

Museum

The Museum of Modern Art (MoMa) sebagai museum modern terbesar di Amerika Utara mulai mengoleksi karya-karya video sejak tahun 1960-an, namun departemen Media baru didirikan bulan September 2006. Koleksi video pada mulanya dijadikan satu dengan koleksi Departemen Filem yang didirikan terlebih dahulu pada tahun 1935, yang kemudian diubah menjadi Departemen Filem dan Media di tahun 1994. Setelah berdiri sebagai departemen tersendiri, Departemen Media banyak bekerja dengan artis video dalam mengadakan pameran dan retrospektif artis-artis video terkenal. Berkat afiliasinya dengan MoMa, PS.1 Contemporary Art mewarisi kuratorial yang kuat dalam bidang media dan performans. Tak heran, tempat ini bisa dianggap sebagai rumah bagi para artis video.

Vital-Sign

Selain MoMa, museum yang juga progresif dalam mengoleksi karya media baru adalah The Whitney Museum. Video dipamerkan pertama kali di Whitney sebagai bagian dari Whitney Biennale pada tahun 1975, dan diikuti filem di tahun 1979.  Pada tahun 1979 juga, Whitney telah menyelenggarakan pameran berjudul Video Art: Expanded Forms, disusul retrospektif Nam June Paik (1982), dan  Into the Light: The Projected Image in American Art 1964–1977 (2001).

Sebagai salah satu museum paling progresif di New York, Whitney memiliki koleksi video dari Vito Acconci, John Baldessari, Bruce Nauman, Ed Ruscha, Claes Oldenburg, Richard Serra, Nam June Paik, juga karya filem instalasi pertama Eve-Ray-Forever (1965/2006)— instalasi tiga layar dari Bruce Conner. Karya kontemporer Whitney mencakup karya artis Matthew Barney, Kara Walker, Christian Marclay, Doug Aitken, Sharon Lockhart, Rirkrit Tirvanija, Elad Lassry, Jordan Wolfson, Diana Thater, Paul Pfeiffer, dll.

Paik-di-Moma

Penerimaan museum-museum besar ini diikuti oleh museum-museum yang ‘lebih baru’ seperti The Brooklyn Museum and New Museum yang selalu memasukkan video art sebagai salah satu obyek yang sering dipamerkan.  Mengapa museum sangat penting dalam perkembangan seni video di New York? Seperti juga berlaku pada seni rupa pada umumnya, museum memiliki fungsi mengenalkan seni dan wacana seni pada publik. Dengan sumber dayanya yang didapat dari sumber publik (bantuan pemerintah, pajak, donasi dari perusahaan/pribadi), museum merupakan institusi pendidikan yang memiliki fungsi mengoleksi dan merawat benda-bendi seni, dan memberikan ‘standar’ penilaian dan reproduksi wacana bagi seni rupa.

Selain fungsi tersebut, kuratorial pada museum-museum di New York juga bekerja untuk melakukan riset dan dokumentasi perkembangan seni rupa, termasuk seni video. Tak heran, museum merupakan tempat yang penting bagi seniman, dunia seni, dan publik untuk saling bertukar pandangan dan pengalaman.

newmuseum

pameran-video-Brooklyn1

pameran-video-Brooklyn2

 

Organisasi Pendukung Artis

Selain museum yang berperan dalam menentukan ‘standar’ artistik seni video di New York, banyak pula berdiri organisasi-organisasi non-profit yang memiliki misi untuk menyebarluaskan seni video dan membantu artis-artis video untuk terus berkembang. Salah satu organisasi pendukung seni video terbesar di dunia adalah Electronic Arts Intermix (EAI). Organisasi ini merupakan organisasi non-profit yang mendapatkan bantuan pendanaan dari donatur individual maupun negara antara lain dari; pemerintah federal (melalui National Endowment for the Arts), pemerintah negara bagian (melalui the New York State Council on the Arts) dan pemerintah kota (the New York City Department of Cultural Affairs). Ia juga menerima dana dari sumber lain seperti the New Art Trust, National Film Preservation Fund, dan The Media Arts Technical Assistance Fund.

EAI didirikan tahun 1971 dan merupakan organisasi non-profit pertama di Amerika Serikat yang berkonsentrasi pada video sebagai medium seni. EAI menciptakan sebuah sistem dukungan bagi seni video dan artis-artisnya, menjadikan video sebagai alat ekspresi kreatif dan komunikatif.

EAI sendiri didirikan oleh seorang dealer seni bernama Howard Wise yang pada tahun 1960 hingga 1970 mengelola Howard Wise Gallery. Howard Wise Gallery merupakan sebuah galeri eksperimental yang mengeksplorasi perkembangan-perkembangan baru di ranah seni kinetik (karya berbasis gerak) dan karya-karya multimedia. Karya-karya yang ditampilkan di galeri ini banyak mengeksplorasi hubungan teknologi dan seni. Salah satu pameran penting yang diselenggarakan galeri ini adalah On the Move (1964) dan Lights in Orbit (1967). Pamerannya yang berjudul TV as a Creative Medium (1969), menjadi salah satu pameran paling provokatif dalam sejarah seni New York karena ia mencoba menghubungakan gerakan seni kinetik di tahun 1960-an dengan perkembangan baru medium video art. Pameran ini juga merupakan pameran pertama yang khusus didedikasikan untuk seni video. Pameran ini menghadirkan 12 artis video perintis, antara lain; Nam June Paik dan Charlotte Moorman (dengan karya TV Bra for Living Sculpture), Paul Ryan, Ira Schneider dan Frank Gillette (dengan karya Wipe Cycle), serta Eric Siegel. Pameran ini menjadi sangat khas karena menghadirkan performans, obyek, instalasi, dan pemutaran.

1086_Moorman378396

Di masa awal kegiatannya, EAI menjadikan dirinya payung bagi berbagai kegiatan yang menggabungkan medium video dengan wacana seni kontemporer. Sebagai contoh, mereka berpartisipasi dalam The Annual Avant-Garde Festivals—Sebuah festival video yang dikuratori oleh Charlotte Moorman—, festival video perempuan pertama di The Kitchen (1972), dan The Computer Arts Festivals tahun 1973-1975. Mereka juga menginisiasi proyek Perception, sebuah proyek kolektif yang berkehendak mengeksplorasi batas-batas dan kemungkinan-kemungkinan medium video dan Vasulka Video, proyek penelitian yang dikomandoi Woody dan Steina Vasulka untuk mengembangkan teknologi baru video. EAI juga berperan dalam mengembangkan proyek Eric Siegel, Synthesizer and Colorizer—sebuah alat pemrosesan citraan awal.

Tahun 1972, EAI mulai menyediakan fasilitas editing (post-production) untuk artis-artis video dengan prinsip non-profit. Kini EAI memiliki fasilitas digital maupun analog yang bisa diakses oleh artis video dengan harga yang jauh lebih rendah dari harga standar. Pada tahun 1973, The Artists’ Videotape Distribution Service didirikan sebagai usaha menjawab kebutuhan distribusi dan pameran video di luar sistem galeri yang sudah mapan. EAI mulai membuat kompilasi-kompilasi video dan program-program video yang bisa diakses masyarakat luas. Tahun 1986, program preservasi mulai dilakukan EAI. Program ini berkehendak menyelamatkan dengan jalan merestorasi dan membuat arsip karya-karya video art yang telah dimiliki EAI. Hingga saat ini, bisa dikatakan bahwa EAI merupakan organisasi terkuat dalam distribusi dan preservasi karya-karya video art dunia, terutama karya video Amerika Serikat dan Eropa.

Organisasi kedua adalah The Experimental Television Center (ETC). ETC merupakan studio produksi video art yang berbasis di Owego, New York. ETC menyediakan fasilitas studio untuk performans dan juga fasilitas editing. Didirikan tahun 1971, ETC merupakan inisiatif Ralph Hocking dari Binghamton University. Namun sekarang ini ETC merupakan bagian dari program seni media di Alfred University. Program-program ETC sangat beragam mulai dari produksi hingga residensi artis, baik artis dari wilayah New York maupun internasional. Mereka juga menyelenggarakan workshop secara gratis dalam bidang seni video dan pemutaran-pemutaran video (misalnya program Access). Artis-artis yang pernah melakukan residensi dan mempresentasikan karya mereka di ETC antara lain Gary Hill, Nam June Paik, Richard Landry, dan lain-lain.

whitney

Bagian penelitian dari organisasi ini telah membuat proyek  pengembangan pengolahan citra dengan nama Paik/Abe Video Synthesizer, di bawah koordinasi Nam June Paik dan Shuya Abe. Penelitian ini dikembangkan hingga tahun 1974 dengan tambahan piranti Jones Colorizer. Tahun 1975 ETC mengusulkan penggunaan komputer sebagai sistem kontrol dan produksi citraan untuk modul video analog.

ETC bekerja sama dengan MoMa dan Whitney Museum untuk memamerkan karya-karya video yang dihasilkan di fasilitas mereka. Selain itu, mereka juga menampilkkan karya-karya artis video art mereka di Hallwalls, the Kitchen, Anthology Film Archives (organisasi yang berfokus pada pemutaran dan preservasi filem-filem avant garde dan eksperimental), Harvestworks (studio editing/suara), Eyebeam dan lain-lain. Hasil riset mereka antara lain bank data video berjudul Surveying the First Decade: A History of Video Art and Alternative Media hasil kerja sama dengan EAI, Women Make Movies, dan lain-lain.

artis-di-Harvestworks

Sejak tahun 1989, ETC menjadi organisasi yang memberikan dana bantuan bagi organisasi-organisasi dan artis-artis video di seluruh negara bagian New York. Dana bantuan itu mencakup dana untuk pameran, dana penyelesaian karya, dan dana  bantuan teknis bagi organisasi-organisasi non-profit, bukan hanya untuk video art tapi juga seni media secara umum (termasuk computer art, sonic art, dll.)

Organisasi lain yang memiliki perhatian pada seni video adalah Raindance Foundation. Raindance Foundation didirikan oleh Frank Gillette, Michael Shamberg, dan Ira Schneider sejak tahun 1969. Mereka mengklaim dirinya sebagai “countercultural think-tank” yang menyatakan bahwa video merupakan media komunikasi budaya alternatif. Dipengaruhi para pemikir seperti Marshall McLuhan dan Buckminster Fuller, kolektif Raindance mengumpulkan data video art dan teks-teks yang mengeksplorasi hubungan sibernetik, media dan ekologi. Sejak tahun 1970 hingga 1974, Raindance menerbitkan jurnal video art bernama Radical Software yang menyediakan jaringan komunikasi bagi para pelaku seni video. Tahun 1971, Shamberg menulis buku Guerrilla Television, sebuah manifesto prinsip-prinsip yang dianut organisasi ini.

Tahun 1976, Ira Schneider dan Beryl Korot mengedit satu buku penting tentang video art berjudul Video Art: An Anthology.  Namun organisasi ini mulai pecah di pertengahan dekade 1970-an meski pada tahun 1980 mereka sempat mengeluarkan seri TV tentang seni video bernama Night Light TV yang memutar video-video dari William Wegman, Ira Schneider, Russ Johnson, Joan Jonas, Juan Downey, John Sturgeon, dan Willoughby Sharp.

Organisasi berikutnya bernama Perpetual Art Machine (PAM) yang merupakan institusi video art yang cukup baru. Didirikan di New York pada bulan Januari 2006 oleh artis Chris Borkowski, Aaron M. Miller, Raphaele Shirley dan Lee Wells bersama Alexis Hubshman (presiden The Scope Art). PAM menyediakan portal bagi video art di internet.  Pertama kali diluncurkan saat the Scope Art Fair, Maret 2006. PAM kini beranggotakan sekitar 900 artis video dari 50 negara dengan karya video melebihi 1000 karya (terdiri dari video art maupun instalasi video interaktif).

Selain PAM, muncul pula Videoart.net. Videoart.net adalah sebuah portal yang didirikan oleh artis video dan pembuat filem berbasis di New York. Portal ini menyediakan forum distribusi bagi artis dan peminat video art dengan menyediakan arsip online dan koneksi dengan artis, kurator, produser filem maupun masyarakat penonton.

video-di-galeri-di-soho

 

Penutup

Salah satu pendukung tak terlihat dari perkembangan seni video di New York adalah institusi pendidikan dan kritik/kajian seni video yang marak di universitas-universitas dan institut-institut seni serta media. Selain surat kabar mapan macam New York Times yang kerap membuat resensi pameran video, majalah seperti ArtForum, Arts in America, serta jurnal macam October selalu rajin mencatat perkembangan seni video. Internet juga merupakan piranti penting bagi persebaran seni video. Berbagai buku diterbitkan tentang video dan pameran selalu mengeluarkan katalog-katalog yang mendokumentasikan proses-proses ini.

Pilar-pilar inilah yang membuat seni video sejajar dengan seni-seni lain. Meski tidak ‘sekomersial’ seni lukis, seni video mendapatkan tempat yang penting dalam seni rupa New York karena ia mampu membangun infrastruktur seninya sendiri.  Namun demikian, harus dilihat bahwa praktik-praktik seni pada umumnya telah melunturkan batas-batas antar seni, baik dalam seni rupa sendiri maupun seni-seni lainnya. Seni video kini bukan lagi dilihat sebagai sesuatu yang ‘baru’ dan sendiri. Ia adalah salah satu wacana penting dalam perkembangan seni rupa secara khusus dan masyarakat pasca-modern secara umum.***

 

Foto:
– Veronika Kusumaryati
– google

Video:
– Youtube dan ubuweb.com

 


*Veronika Kusumaryati merupakan penerima International Residency Fellowship dalam bidang filem/video curatorship dari Asian Cultural Council (September 2009-Januari 2010).

Recent Posts

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Start typing and press Enter to search