Estetika bagi kelas pekerja!! Itulah jargon yang diemban oleh para seniman sosialis sebagai alat edukasi bagi kalangan massa kelas pekerja.
Paska kelahiran kamera, yang menghadirkan filem sebagai sebuah bidang estetika baru, membuat pihak Komunisme Rusia meninggalkan teater dan seni rupa sebagai alat edukasi masyarakat. Filem dianggap lebih mampu menjangkau massa yang lebih luas, ketimbang bidang seni teater, seni rupa dan arsitektural (Bauhaus), yang kemudian bidang seni tersebut berkembang di Jerman.
Filem Strike (1924), karya Sergei Eisenstein, merupakan satu di antara bidang seni yang ditujukan bagi kelas pekerja di Rusia. Berkisah tentang pemogokan buruh di sebuah pabrik di Rusia pada kala 1903an. Sebuah periode pada rentang sejarah rentetan pemogokan buruh di Rusia semenjak tahun 1903, hingga meletusnya revolusi Oktober 1917. Secara estetika, Strike secara jelas ditujukan bagi kalangan pekerja. Eisentein mengganti posisi kepahlawanan individu, dengan kepahlawanan yang bersifat massa. Semangat kepahlawanan massa inilah yang dianggap oleh Grigori Vassilievitch Alexandrov, rekan Eisenstein dalam produksi Strike, sebagai garda pelopor (avant-garde). Bagi Grigori semangat kepahlawanan individu yang notabene adalah dominasi dari ide-ide kepahlawanan kaum borjuis.
Secara stuktur cerita, Strike dibagi dalam enam plot. Sebelumnya sutradara ingin menambahkan plot ketujuh, yang berjudul ‘Of the Proletariat’, tidak sempat ia selesaikan. Plot pertama berjudul ‘At the factory all is quiet’. Pada bagian ini berkisah tentang situasi rutinitas di sebuah pabrik yang mengandung konflik yang tersirat. Diawali adegan sang borjuis bahagia melihat stabilitas pabrik, dan lalu lalang para pekerja, beserta berjalannya mesin pabrik. Namun, ketenangan itu mengandung ketegangan. Pihak adminitrasi pabrik selalu memata-matai para pekerja. Sekuen ketegangan di pabrik yang tenang, oleh Eisensitein cukup ditampilkan melalui sebuah percobaan yang unik; melalui performans berbentuk tipografi kata Rusia ‘Ho’ yang berarti ‘Tetapi’, huruf ‘H’ memutar lalu bergabung dengan huruf O sehingga menghasilkan kesinambungan figur mesin secara siluet. Seorang administrator berkeliling memata-matai para pekerja yang sedang merancang sebuah aksi. Diskusi para pekerja yang sedang merancang aksi ditampilkan melalui adegan-adegan para pekerja yang berbincang di tengah-tengah mesin yang bergerak. Sang direktur pabrik menerima laporan dari para mata-mata bahwa ada usaha laten para buruh untuk melakukan aksi. Sang direktur melaporkan adanya rencana aksi para pekerja kepada pihak keamanan. Pihak keamanan segera memerintahkan para mata-mata dan kolaborator yang menyusup dalam keseharian kaum pekerja. Para pekerja pun mengumandangkan aksi pemogokan ke semua kelas pekerja.
Plot kedua berjudul ‘Reason to strike’, merupakan kilas balik yang termuat dalam plot pertama. Pada bagian ini berkisah tentang sebuah mikrometer senilai 25 rubel—senilai dengan 3 minggu gaji pekerja—hilang dicuri. Seorang pekerja bernama Yakov Stongen yang melaporkan kehilangan alat tersebut malah dituduh mencuri. Yakov merasa frustrasi, hingga ia memutuskan gantung diri. Para pekerjapun mulai bergerak, melakukan aksi mogok di hadapan para pimpinan pabrik. Solidaritas kelas pekerja benar-benar menjadi kenyataan; mereka berkumpul dan mogok di depan kantor manajer pabrik. Manajer dan pengelola pun diculik. Mereka diarak ke sebuah danau, dan dijatuhhkan ke danau.
Selanjutnya, plot ketiga berjudul ‘The factory dies down’. Diawali keseharian para pekerja di pagi hari, berkumpul untuk sarapan, semantara suasana pabrik sepi karena aksi mogok kelas pekerja. Sang direktur pun kebingungan menghadapi permintaan produk. Dalam plot ini memunculkan sebuah scene kesejajaran dari situasi kelas pekerja, para polisi, sang direktur, beserta pihak para pemegang saham. Pada adegan para pekerja yang sedang berdiskusi tentang tuntutan mereka, diselingi adegan para polisi yang sedang mengelap sepatu boot mereka. Lalu adegan dilanjutkan dengan suasana para pemegang saham sedang membahas kertas tuntutan kaum buruh. Para pekerja menuntut 8 jam kerja, persetujuan yang adil dengan pihak manajemen pabrik, serta kenaikan upah 30%.
Pada bagian ketiga ini juga ditampilkan beberapa adegan penuh daya satir, seperti pada adegan kelas pekerja yang sedang berkumpul, tiba-tiba datang sekelompok polisi berkuda mengepung para kelas pekerja yang berkumpul, lalu disambungkan adegan para pemegang saham yang berkumpul menikmati minuman, dengan peralatan peras buah untuk membuat jus, lalu seorang pemegang saham berkata, “You press down hard and you get… Juice” (Kalian tekan keras-keras dan kalian dapat… Sari buah). Adegan satir lainnya juga dimuat melalui adegan ketika para pemegang saham sedang berkumpul sambil menikmati minuman, tiba-tiba salah seorang pemegang saham kejatuhan es, lalu membasahi sepatunya, lalu pemegang saham tersebut mengelap sepatu yang basah tersebut dengan kertas tuntutan yang dibuat oleh para kelas pekerja.
Selanjutnya pada plot keempat berjudul ‘The strike draws out’, berkisah tentang demoralisasi di beberapa kalangan kelas pekerja paska pemogokan. Pada plot ini bercerita tentang seorang istri yang memarahi sang suami yang bermalas-malasan di tempat tidur. Sang suami bertengkar dengan sang istri karena harus menjual perabotan dan perhiasan untuk kebutuhan makan mereka. Demoralisasi juga dihadirkan dengan adegan sang ayah yang marah, karena kehabisan tembakau, kemudian menendang sang anaknya yang meminta makan karena lapar.
Pada plot keempat ini memuat beberapa montase yang cukup unik, yaitu ketika sang mata-mata sedang memantau dua orang pekerja. Melalui kesejajaran gambar, sebuah mata yang melirik pada ambilan dekat di sela adegan mata-mata yang sedang mengikuti dua orang kelas pekerja tersebut. Kemudian pada adegan mata-mata yang sedang memantau para pekerja di tengah kota juga memuat ambilan gambar tokoh mata-mata melalui pantulan kaca-kaca bangunan dan lampu, sebagai pertautan sang tokoh memantau sang pekerja melalui pantulan kaca.
Kemudian pada plot kelima berjudul ‘Provocation and debacle’, bercerita tentang agen polisi Tsar yang menyewa beberapa provokator dari kalangan masyarakat gelandangan. Para provokator melakukan pembakaran di sebuah toko minuman. Ketika para kelas pekerja berkerumun menuju tempat kebakaran, tiba-tiba datang mobil pemadam kebakaran, lalu yang terjadi justru sebaliknya, mobil pemadam kebakaran malah menyemprot kerumunan para kelas pekerja. Ada montase-montase yang cukup menarik, seperti semprotan air yang ditautkan dengan gerak mesin semprot. Pada bagian ini banyak memuat adegan kekejaman para polisi pada kelas pekerja.
Plot keenam adalah berjudul ‘Liquidation’, berkisah tentang sang Gubernur mengirim militer untuk menghalau para kelas pekerja. Represi para militer diawali oleh adegan seorang anak kecil yang terlepas dari ibunya berjalan disela-sela kaki kuda pasukan militer. Sang ibu berusaha mengambil anaknya di bawah kaki kuda. Namun pihak militer malah mencambuki sang ibu. Para pekerja berusaha menolong. Terjadi bentrokan antara pihak militer dan kelas pekerja. Pihak militer mengejar mereka sampai ke pemukiman. Para pekerja dicambuk oleh militer, salah satunya adegan pencambukan kelas pekerja perempuan. Juga seorang anak kecil yang sedang bermain mengalami pembantaian oleh pihak militer dengan dijatuhkan dari lantai atas. Plot ini ditutup oleh adegan puncak pembantaian kelas pekerja oleh pihak militer.
Filem Strike adalah filem panjang Eisenstein yang pertama, sebelum ia memproduksi karya agungnya yang berjudul The Battleship of Potemkin di tahun 1925an. Dalam bahasa filem, bentuk estetik pada Strike belum banyak menghadirkan praktik montase ala Rusia. Strike banyak memuat bahasa-bahasa visual yang cukup mengandung kepeloporan, seperti pada adegan ketika para kelas pekerja membuat rapat-rapat tersembunyi untuk merancang aksi. Eisenstein menggunakan semacam kolase yang dipertegas sebagai bahasa visual. Kolase tersebut diawali pada ambilan gambar sebuah WC yang sepi, kemudian melalui sekuen gambar, perlahan-lahan mencul gambar para pekerja di ruangan WC tersebut sedang melakukan rapat. Begitu juga pada adegan pembantaian para kelas pekerja oleh pihak militer di sebuah lapangan. Adegan tersebut dilakukan melalui kesinambungan para kelas pekerja yang di kejar oleh pihak militer dipertautkan dengan adegan pemotongan seekor sapi yang disembelih. Adegan ini biasa dikenal sebagai montase intelektual.
Dalam pembuka filem Strike memuat kutipan dari pemimpin Lenin (Vladimir Ilyich Lenin) tentang pentingnya organisasi sebagai senjata bagi kelas pekerja. Narasi pada Strike merupakan periode awal dari karya-karya Sergei Eisenstein yang berkisah tentang kepahlawanan massa. Namun pada filem ini juga memuat demoralisasi kaum buruh karena kelemahan dalam hal organisasi, seperti yang dikisahkan pada periode awal aksi mogok buruh di Rusia pada 1903. Kekuatan puncak kaum buruh pun akhirnya terwujud pada revolusi yang cukup dikenal dalam sejarah massa yakni Revolusi Oktober 1917. Sebuah revolusi yang berlandaskan pengetahuan dan organisasi yang benar-benar diaplikasikan secara baik oleh Lenin di kalangan kelas pekerja Rusia kala itu.
Strike merupakan projek yang cukup besar sebagai sebuah karya awal seorang pembuat filem. Salah satu tim penulisnya adalah Grigori Vassilievitch Alexandrov yang kemudian hari membuat karya filem sendiri. Sinematografi ditangani oleh Eduard Tisse, yang kemudian banyak membantu karya Eisenstein berikutnya. Eisenstein banyak belajar montase pada sang mentornya Lev Vladmirovitch Kuleshov, seorang sutradara Rusia periode awal. Latihan-latihan montase Eisenstein dengan Kuleshov adalah latihan tanpa filem. Selama tiga bulan Eisentein berada pada Kuleshov workshop, khususnya yang berhubungan dengan perihal-perihal ke-massa-an dalam membuat estetika montase.
Selamat Hari Buruh Sedunia.
Rayakan May Day.