Neorealisme Italia merupakan posisi ontologi sebelum estetika, sehingga membawa evolusi teknik pengisahan pada filem. —Andre Bazin
(Sekilas Catatan Menonton Filem Pencuri Sepeda/Ladri di Biciclette (1948), Senin Sinema Dunia, 18 November 2011)
Dalam beberapa catatan, disebutkan bahwa Neorealisme Italia adalah semacam realisme kelam, yang menjadikan hal faktual sebagai dasar pengisahan. Pada filem Pencuri Sepeda (Ladri di Biciclette), 1948, dapat kita melihat capaian realisme melalui cara mengurai otentisitas faktual dalam pengisahan manusia. Bagi Cesare Zavattini (1902-1989)—seorang tokoh penulis skenario Italia, Neorealisme adalah temuan moral, sehingga ‘moral’ adalah semacam bentuk artistik, karena kamera adalah perihal merekam ‘durasi’ yang tidak ada dalam medium seni lainnya. Sehingga, persoalan durasi filem sesungguhnya penggalian perihal faktual itu sendiri yang diwujudkan pengisahan, yang tentunya tanpa pemilahan.
Filem Pencuri Sepeda, berkisah tentang seorang dari kelas pekerja, Antonio Ricci (Lamberto Maggiorani), yang pada akhirnya mendapatkan pekerjaan di tengah situasi depresi ekonomi pasca Perang Dunia II. Ricci ditawarkan pekerjaan menempel poster, namun dengan syarat ia harus memiliki sepeda untuk mendapatkan pekerjaan tersebut. Malang baginya, sepeda yang ia punya telah digadaikan, untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dengan bantuan sang istri, Maria Ricci (Lianella Carell) yaitu menggadaikan sprei—harta terakhir keluarga, lalu ia menebus sepedanya. Di hari pertama bekerja, Ricci mengalami nasib sial: Sepedanya dicuri. Bersama sang anak, Bruno (Enzo Staiola), mereka berusaha mencari sepeda yang hilang. Pergulatan mencari sepeda inilah yang menjadi plot utama cerita—yang menjadi penggambaran pencarian dan pergulatan dalam usaha mempertahankan hidup dan keluarganya.
Menonton Pencuri Sepeda dengan ambilan gambar durasi panjang dan adegan jalanan, bukanlah sekedar penggambaran dampak dari hancurnya studio filem di Italia—setelah Perang Dunia II, ada banyak studio-studio produksi filem yang tidak dapat berfungsi kembali—namun dapat disimpulkan telah menjadi sikap moral dan artistik. Gaya observasi Vittorio De Sica tidak melakukan pesakralan realitas yang kemudian membuat realitas itu bicara. Ia mendahulukan yang ‘ada’, sebagai dasar perwujudan estetika.
Filem Pencuri Sepeda secara jenial merekam keadaan Italia pasca Perang Dunia II dengan ‘gambar-gambar’ penuh pesan informasi sosial. Pada salah satu adegan awal, saat Ricci dan istrinya datang untuk menggadaikan sprei mereka, kamera perlahan memperlihatkan susunan barang-barang gadai di jawatan tersebut. Namun, gambar ini menjadi luar biasa ‘bicara’ saat kamera mengarah ke atas dan memperlihatkan betapa tingginya tumpukan itu sesungguhnya. Dari sini, filem tidak perlu menarasikan persoalan sosial ekonomi dengan dialog-dialog yang rumit. Cukup dengan gambar, narasi keadaan sosial ekonomi saat itu sudah terjelaskan.
Begitu juga pada adegan Ricci dan anaknya, Bruno. Pada saat mereka mencari sepeda, terjadi pertengkaran antara bapak dan anak. Sang anak ngambek. De Sica dengan baik mendamaikan kedua orang ini dengan menghadirkan gambar sebuah truk lewat yang penuh pendukung sepak bola, Modena. Ricci berkata, “Menurutmu Modena, menang tidak hari ini?”. Kedua orang itu akhirnya bisa berdialog lagi dengan manis, dan Ricci memutuskan untuk merayakannya dengan mengajak Bruno makan enak dan minum anggur.
Filem Pencuri Sepeda dimainkan oleh pemain-pemain non-profesional dengan tokoh utama Lamberto Maggiorani (ayah) dan Enzo Stiola (anak) sebagai tokoh utama. Tidak seperti gaya pengisahan dengan teknik montase ala Soviet (Rusia), kehadiran fisik merupakan inti utama dari acting dalam filem ini yang memadukan dengan konsep ‘senang’, dan optimisme dalam menghadapi hidup. Filem direkam langsung di lokasi (hanya ada sedikit pengambilan studio, terutama adegan hujan saat Ricci dan Bruno di dalam truk), dengan gambar-gambar lebar (long shot) yang membangun dramatik dalam filem.
Dari cara De Sica mengkisahkan Antonio Ricci dan anaknya, sangat jelas tergambar kisah pencarian itu berjalan tanpa pretensi, apalagi pretensi kamera. Pada bagian akhir filem, sang pencuri memang akhirnya ditemukan, tapi tidak sepedanya. Ia pun akhirnya mencuri sepeda yang disaksikan oleh Bruno, anaknya.
Vittorio De Sica dan Ladri di Biciclette
Vittorio De Sica (1902-1974), dilahirkan di Sora, sebuah kota dekat Roma, Italia. Mengenyam pendidikan di Institut Superieur de Commerce, Roma dan University of Rome. Ia sempat menjadi aktor di Tatiana Pavlova Stage Company, 1923. Bersama sang istri, Giuditta Rissone, dan Sergio Tofana, ia mendirikan kelompok drama, pada tahun 1933. Dan ia memainkan komedi serta karya dramawan Prancis pada kala Revolusi, Beaumarchais. Ia sempat bekerjasana di panggung dengan Luchino Visconti, yang kemudian hari juga menjadi tokoh utama Neorealisme Italia. Pada pertengahan tahun 1930, ia sempat muncul dalam filem-filem karya Mario Camerini, Gliuomini Che Mascalzoni! (1932), Darò un Milione (1936), dan Grandi Magazzine (1939).
Pengalaman menjadi aktor karya filem Mario Camerini, membawa De Sica bertemu Cesare Zavattini yang juga terlibat sebagai penulis skenario filem-filem Camerini. Debut filem pertama Vittorio de Sica adalah Rose Scarlatte dan Maddalena, Zero in Condotta di tahun 1940-an. Pada tahun 1943, ia berkolaborasi dengan Cesare Zavattini dalam produksi filem I Bambini ci Guardano. Di Juli 1947, Zavattini secara kebetulan bertemu Luigi Bartolini, seorang seniman, penyair dan penulis. Bartolini mengenalkan novelnya Ladri di Biciclette, dengan anak judul A Comic Novel of the Theft and Recovery of a Bicycle, Three Times Over. Karya Bartolini tersebut memang sebuah komik yang satir, semacam buku harian. Kemudian Zavattini memberitahukan De Sica, bahwa ia telah menemukan naskah untuk proyek mereka.
Pada awalnya proyek Ladri di Biciclette bisa dianggap sebagai sebuah proyek besar. Penggarapan skenario melibatkan tiga punggawa besar Neorealisme Italia, Cesare Zavattini, Vittorio de Sica, dan Sergio Amidei—seorang penulis skenario triloginya Roberto Rosselini, Roma Open City (1946), Paisà (1946), Germania Anno Zero (1948). Sebelumnya, Amidei bersama Zavattini dan De Sica menggarap naskah Shoeshine (1946) yang disutradarai De Sica. Namun, dalam penggarapan Ladri di Biciclette, Amidei berbeda dengan Zavattini dan De Sica dalam pandangan politik kirinya, ketika menterjemahkan naskah filem tersebut. Amidei akhirnya mangkir dalam sisa penggarapan naskah. Akhirnya, Amidei tidak dicantumkan dalam credit title dari filem Ladri di Biciclette.