Between Utopia and Dystopia
Palaestra Asia
30 Juni – 27 November 2011
Pembukaan Pameran: 30 Juni, 18:30 CDT
Museo Universitario Arte Contemporáneo
www.muac.unam.mx | +52 (55) 5622 6972
Centro Cultural Universitario
Hafiz & Forum Lenteng diundang oleh Museo Universitario Arte Contemporáneo, Mexico City untuk ikut serta dalam pameran bertajuk “Between Utopia and Dystopia”, menampilkan karya multidisiplin dari seniman-seniman yang bergiat dalam persinggungan antara seni, hidup, politik, sejarah dan ingatan sosial di dalam konteks Asia. Judul acara ini merupakan metafor dan rangka kerja konseptual dan juga sebagai titik awal untuk pameran ini, yang mana menjajaki dasar-dasar masyarakat Asia yang represif, di antara mereka adalah Naeem Mohaimen (Bangladesh), Desire Machine Collectivo (India), Hafiz & Forum lenteng (Indonesia), Tsuyoshi Ozawa (Jepang), Ashmina Ranjit (Nepal), Vandy Rattana (Kamboja), Dinh Q. Le (Vietnam), Rikrit Tiravanija, Apicatphong Weerasethakul and Uruphong Raksasad (Thailand).
Lokasi-lokasi di mana para seniman ini bergiat sangatlah penting: Banyak yang datang dari negara-negara atau kota-kota yang tak selalu menjadi persinggahan yang aman untuk para pelancong. Lokasi itu adalah ruang-ruang fisik, politis dan sosial yang secara berkala ditantang oleh kekacauan dan keadaaan darurat, serta dalam resiko bencana alam. Seniman-seniman ini membuat seni yang beragam, menawarkan alternatif pada komunitas artistik mereka dan pada dunia. Pameran ini berusaha mencari pandangan-pandangan mereka, inspirasi dan alternatif-alternatif yang ditawarkan pada komunitas seni di Meksiko serta masyarakat pada umumnya.
Ketika masyarakat menghadapi perubahan dramatis –seperti pergantian rezim, pergolakan ideologis atau politis– permintaan mereka akan reinvestigasi menjadi lebih mendesak. Sekarang ini, kesadaran tersebut beredar semakin luas di antara para cendekia dan masyarakaat luas melalui jaringan sosial dan media alternatif. Sebagian besar negara Asia telah berjuang untuk menulis ulang sejarah mereka sejak dekolonisasi.
Sejarah selalu ditulis oleh pemenang, dan tentu saja akan selalu ada sejarah yang tetap diabaikan dan tak terhitung. Sejarah selektif dan ingatan sosial dikeluarkan dan dikontrol oleh negara dan didistribusikan melalui media arus utama dan lembaga-lembaga. Cerita-cerita yang hilang dan tersembunyi menghantui kita seperti hantu dari tradisi kita, dan peristiwa masa lalu tinggal sehari-hari dalam pikiran kita. Pertanyaannya adalah bagaimana kita berurusan dengan itu dan bergerak menuju masa depan?