In Artikel
[tab] [tab_item title=”ID”]

Visi personal menjadi hal yang sangat berpengaruh dalam mewujudkan kekuatan bahasa sinema dokumenter. Demikian pula dalam penggunaan arisp dalam karya sinema dokumenter, visi personal juga masihlah diperlukan guna memaknai arsip tidak hanya menjadi sebuah dokumentasi dan fotage-footage yang beku. Pada hari keempat Arkipel International Documentary and Experimental Film Festival 2013, memuat dua program kuratorial di mana satu di antara program tesebut menghadirkan sejauhmana penggunaan arsip dalam sinema dokumenter untuk mewujudkan visi personal sang sutradara dalam memandang masa lalu dan kini. Program Kuratorial dalam perhelatan festival Arkipel tersebut diangkat dengan judul Memakai Arsip, Mereka Ulang Sejarah yang diadakan di kineforum – Taman Ismail Marzuki (TIM) pada 27 Agustus 2013, pukul 13.00. Adapun karya yang diputar pada sesi ini adalah penayangan It Felt Like A Kiss (2009) karya sutradara asal Inggris, Kevin Adam Curtis, serta The Marker Variation (2007) karya Isaki Lacuesta asal Spanyol. Kedua filem ini menggambarkan bagaimana penggunaan arsip berkesinambungan dalam citra bergerak, yang merupakan pemaknaan baru dalam mengkonstruksi masa lalu. Visi personal dalam penggunaan arsip sebenarnya adalah juga visi personal dalam memandang masa lalu.

It Felt Like A Kiss, Kevin Adam Curtis

It Felt Like A Kiss, Kevin Adam Curtis

Pada sesi kedua dalam Program Kuratorial yang diadakan di Kineforum – TIM ini pukul 15.00, mengangat tema tentang pengalaman kota yang terdiri dari dua sesi pemutaran. Pada hari ke empat festival Arkipel ini, filem yang ditayangkan pada program kuratorial Sinematik Representasi dalam Modernisasi Kota adalah tiga karya yang mengisahkan tentang kota berdasarkan visi personal para sutradara dalam memandang kota.  Adapun filem yang ditayangkan adalah City Scene (2004) karya Zhao Liang asal Cina, Lodzy Symphony (1993) karya sutradara filem eskperimental, Peter Hutton (Amerika Serikat), lalu Island Flowers (1989) karya sutradara asal Brazil, Jorge Furtado. Kesemua filem yang ditayangkan pada sesi ini merupakan penggambaran visi personal dalam memandang kota.

City Scene, Zhao Liang

City Scene, Zhao Liang

Kemudian pada tayangan terakhir festival Arkipel di Kineforum – TIM, adalah Program Kompetisi Internasional 1 yang menghadirkan sebuah filem dokumenter yang cukup unik berjudul I Live in the Dream of My Mother (2011). Filem karya sutradara asal Belanda, Jan Willem van Dam ini berkisah tentang perjalanan sang sutradara yang diprototipekan ke dalam tokoh seorang anak kecil ke beberapa negara di Eropa dan Asia dalam merenungkan pergolakan politik dan kulturalnya yang dikaitkan dengan personalitas kehidupannya. Cara pandang sutradara dalam memandang biografi kulturalnya meenjadi visi personal yang unik dalam melihat kisah-kisah filemis yang dituangkan pada karya ini.

Je Vie Dans le Rêve de ma Mére, Jan Willem Van Dam

Je Vie Dans le Rêve de ma Mére, Jan Willem Van Dam

Pada hari keempat Arkipel International Documentary and Experimental film Festival 2013 ini, banyak menyajikan wacana sinema dokumenter dalam bahasa-bahasa sinema yang khas dan personal. Hal ini bisa dilihat pada program kuratorial dan sesi kompetisi dengan menayangkan karya filem yang berkualitas, serta bisa mengedukasi para penonton dengan bahasa baru tontonan sinema yang berkembang kekiniaan di dunia. Antusias-antusiasme para kurator dalam memilih filem pada program kuratorial serta banyaknya filem bermutu dalam sesi kompetisi, merupakan daya tarik festival Arkipel dalam memenuhi ruang kosong wacana dan bahasa sinema dokumenter dan eksperimental di Indonesia saat ini.

[/tab_item] [tab_item title=”EN”]

Available soon..

[/tab_item] [/tab]
Recommended Posts

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Start typing and press Enter to search