In Artikel
Perampok Ulung, Marjito Iskandar.

Festival filem pada dasarnya juga sebagai momen untuk mengedukasi penonton yang salah satunya adalah melalui pengalaman menonton karya-karya sinema yang memiliki semangat cara dan bahasa baru dalam mengungkapkan bahasa filemisnya.  Pada hari kedua Arkipel International Documentary and Experimental Film Festival memutar sebuah karya yang mengangkat tema yang cukup ini yakni berjudul Perampok Ulung (2009). Karya yang disutradarai oleh Marjito Iskandar Tri Gunawan ini merupakan satu di antara tiga karya Indonesia yang terpilih pada sesi kompetisi dalam perhelatan Arkipel International Film Festival yang pertama. Sebagai sebuah festival yang mengutamakan kualitas estetika dan bahasa baru dalam sinema dokumenter dan eksperimental, Arkipel memang berusaha membuat standar yang baru dan cukup tinggi jika dibandingkan dengan festival-festival yang ada di Indonesia. Hal ini membuat karya Indonesia yang terpilih menjadi sangat sedikit jika dibandingkan dengan karya di luar Indonesia yang masuk pada sesi kompetisi pada Arkipel yang pertama kali ini.

Mary Pansanga & Hasumi Shiraki.

Perampok Ulung sendiri merupakan sebuah karya dokumenter yang mencoba memberikan gambaran tentang sebuah masyarakat melalui peristiwa yang cukup unik, yakni penangkapan tikus yang merongrong sawah pertanian di sebuah desa. Dengan daya tarik karya ini bukan saja cara bertutur peristiwa yang tidak lagi terpaku pada sebuah reportase, namun lebih bagaimana sebuah gambaran masyarakat sepenuhnya diserahkan pada perekaman peristiwa, kita bisa melihat bagaimana gambaran masyarakat dari adanya hama wabah tikus yang merongrong sawah mereka.

Pada hari kedua Arkipel ini juga memuat program yang berasal dari Bangkok Experimental Film Festival (BEFF) yang berisikan penayangan koleksi karya-karya festival mereka. Program yang diadakan  di Kineforum Taman Ismail Marzuki (TIM) ini, diantaranya memuat karya berbagai negara yang mengutamakan pendekatan eksperimental dan bentuk (form) dalam mengungkapkan kisah tentang masa lalu dan pengalaman dari para seniman ke dalam bahasa filem. Selain itu, pada program ini juga memuat sebuah filem dokumenter yang berbahan baku arsip dari karya sutradara asal Korea Selatan, Kim Kyung-Man (2011). Filem ini banyak menghadirkan footage dan dokumentasi tentang aliansi Korea Selatan-Amerika Serikat semenjak di masa perang sampai dengan di masa-masa kekuasaan politik di Korea Selatan dibawah pengaruh dan aliansinya bersama Amerika Serikat.  Acara penayangan program karya-karya BEFF ini dihadiri langsung dan memberikan  pengantar pemutaran oleh pihak kurator asal Thailand, Mary Pansanga.

An Escalator in World Order, Kim Kyung-Man.
Recommended Posts

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Start typing and press Enter to search