In Artikel

Le fond de l’air est frais adalah kalimat ekspresif dalam bahasa perancis yang tidak ada padanan katanya dalam bahasa inggris dan indonesia. Kalimat tersebut mengekspresikan hawa hangat yang seakan-akan ada karena berbagai hal seperti terik matahari dan memberikan perasaan menyenangkan, hingga berfikir musim panas akan segera tiba. Padahal hawa hangat tersebut hanyalah perasaan yang termanipulasi. Hawa sebenarnya masih menunggu untuk keluar, dia tidak benar-benar ada. Chris Marker mengganti kata ‘frais’ (dingin) dengan ‘rouge’ (merah) dan menggunakan kalimat ekpresif ini sebagai judul. Sebuah metafora perjuangan kaum kiri di seluruh dunia pada periode akhir 60’an hingga pertengahan 70’an.

Melihat Le fond de l’air est rouge lebih dalam, berarti melihat kehidupan Chris Marker jauh ke belakang pada akhir 60’an. Le fond de l’air est rouge adalah sebuah akumulasi dari kejadian-kejadian yang di alami Chris Marker pada periode tersebut dan mempengaruhinya di periode mendatang. Ketidakstabilan kondisi sosial dan politik dan kesadaran bahwa filem sebagai sebuah media yang efektif untuk menyampaikan ide dan pesan politik. Sehingga pada tahun 1967 beberapa seniman filem prancis membentuk sebuah kelompok sutradara kiri militan yang disebut dengan S.L.O.N (Société pour le lancement des oeuvres nouvelles) yang juga berarti gajah dalam bahasa Rusia. Chris Marker ikut terlibat dalam pembentukan group ini dan membantu lahirnya beberapa film seperti Far From Vietnam tahun 1967. Walaupaun tidak menyutradarai, tapi dia terlibat langsung dalam penulisan. Dalam buku “Chris Marker : Memories Of The Future” yang di publikasikan tahun 2004, diceritakan bahwa premiere filem yang lazimnya dilakukan di bioskop mewah, tapi S.L.O.N lakukan di Besacon, Perancis bagian tenggara dihadapan para buruh pabrik tekstil yang kemudian berujung pada mogok kerja selama sebulan dan pendudukan pabrik textil Rhodiaceta. Chris Marker lalu diundang datang dan hasilnya adalah tiga jam wawancara dari buruh yang mogok kerja. Yang menarik adalah motif mereka mogok bukanlah persoalan klasik seperti gaji ataupun jam kerja, tapi mempertanyakan eksistensi buruh dalam struktur masyarakat kapitalis, dan meminta keseimbangan antara kehidupan ekonomi dan kultural. Chris Marker bersama Marrio Marret yang juga anggota S.L.O.N lalu membuat dokumenter tentang kehidupan buruh disana berjudul “À bientôt, j’espère” tahun 1968, film ini menjelaskan, walaupun mogok kerja tersebut tidak menghasilkan apapun dalam konteks perbaikan kualitas hidup, tapi warisan utamanya adalah adanya kesadaran kelas dan bahwasanya buruh juga menginginkan kebutuhan seni dan kulturalnya terpenuhi. Kesadaran ini memicu para buruh untuk membuat filem, sebagai representasi langsung atas eksistensi mereka. Atas saran Chris Marker, kelompok sutradara buruh ini menamai dirinya ‘Groupe Medvedkine’, diambil dari nama sutradara Uni Soviet Aleksandr Medvedkin . Mungkin ini juga menjadi alasan mengapa di kemudian hari, Jean-Luc Godard dan Jean-Pierre Gorin menamai kelompok mereka Groupe Dziga Vertov.

Les Mains Fragiles[(125514)00-05-42]

Beberapa sorotan utama dalam Le fond de l’air est rouge adalah Perang Vietnam yang menampilkan footage pilot Amerika yang dengan gembira melakukan pengeboman menggunakan bom napalm dari udara, cerita tentang pergerakan buruh dan peristiwa mei 68 di Paris, cerita tentang cinta segitiga antara Uni Soviet, Cekoslovakia dan Fidel Castro, cerita tentang Cili sebagai negara pertama yang memiliki presiden marxist dari partai sosialis melalui pemilihan umum, tapi kemudian berakhir tragis dan berbagai cerita lain yang saling terhubung melalui footage dan newsreel. Le fond de l’air est rouge menggunakan berbagai footage yang beberapa diambil sendiri oleh Chris Marker, footage filem-filem dia terdahulu seperti “Olympia 1952” (1952), “The Sixth Side of the Pentagon” (1968), “À bientôt, j’espère “(1968), “Cuba Si” (1961). Dan beberapa footage yang dia ambil dari berbagai sumber arsip. Elegi dari pergerakan ‘New Left’ di seluruh dunia yang, seperti dikatakan dalam judulnya,  hanya terasa hawanya, tapi tidak benar-benar ada. Menurut pandangan Chris Marker, new left berkontribusi besar atas lahirnya new right. Antithesis dari pergerakan ‘Right’ adalah pergerakan ‘New Left’, tapi sayangnya lalu bersintesis menjadi ‘New Right’.

Les Mains Fragiles[(072742)00-08-45]

Les Mains Fragiles[(023560)22-44-27]

Kelahiran pergerakan New Left menjadi perhatian khusus dalam bagian pertama Le fond de l’air est rouge, bagian yang berjudul The Fragile Hand, tangan – tangan yang rapuh. Beberapa anak muda diperlihatkan berkumpul di pinggir jalan Kota Paris sambil mengangkat Buku Merah Kecil (Little Red Book) Mao dan dibaptis dalam panji-panji le’internationale. Fidel Castro menyebut mereka sebagai “pseudo-revolutionist” sementara Chris Marker menanggapi dengan berbisik: “ 1967 saw the new rising of a peculiar kind of teenagers, they all looked the same, they recognized each other immediately they seems to have a mute but absolute knowledge of some things while they completely ignorant of others, they were incredibly skilfull with their hands when making posters, taking out pavement stones, painting with spray, cryptical short message that stuck to your mind, all the time looking for new hand that passed on the message they had received but didnt manage to decipher entirely, those fragile hand left the mark of their fragility  “ lalu dalam satu adegan, saat Chris Marker bercerita tentang “Mei 68”, gambar di footage menjadi bergetar. Bergetarnya gambar bukan tanpa alasan, karena revolusi dipegang oleh anak-anak muda ini, seperti dikatakan tadi, adalah revolusi yang rapuh. Tapi tidak etis bila hanya menyalahkan anak muda, karena faktanya, dalam tubuh partai komunis sendiri terjadi perpecahan, juga friksi antara partai kiri dan para gerilyawan. Chris Marker menjelaskan perpecahan ini dengan cara humor satir. Perdebatan antara Marxism, Stalinism, Trotskyism, Maoism. Orang orang bimbang di persimpangan kiri jalan. Harus ada revolusi dalam revolusi, terangnya. Di bagian pertama ini, Chris Marker seperti menjawab pertanyaannya sendiri, mengapa revolusi kaum kiri, khususnya di Perancis, gagal ?

Les Mains Fragiles[(086797)00-17-18]

Dalam segmen kedua, “The Severed Hand” (Tangan-tangan yang Kuat), isu tersebut masih jadi perhatian. Bagian pertama ditutup oleh kalimat: “History wasn’t being written in Avignon that summer, It was being written in Prague.” Sebagai adegan pembuka bagian kedua adalah kilas mundur kejadian di Praha selama Perang Dunia Kedua, kedatangan Tentara Merah hingga invasi Uni Soviet ke Cekoslovakia tahun 1968, kerapuhan yang juga melanda sesama negara komunis. Yang lucu adalah, saat salah satu tank Uni Soviet tertangkap warga Praha, adegan tersebut dipotong dengan adegan dari filem “Battleship Potempkin”—karya Eisenstein tahun 1925, dengan intertitles besar tertulis “Brothers!” sebagai seruan persatuan, humor satir khas Chris Marker. Tragedi ini ditanggapi oleh Fidel Castro sebagai sesuatu yang tidak bisa ditoleransi oleh blok sosialis, dan menyebutnya sebagai tindakan amoral. Chris Marker lalu memanggil kembali ingatannya saat dia membuat film “Olympia 1952” tahun 1952 di Helsinski, saat dia sadar bahwa tim berkuda Cili yang ia ambil gambarnya ternyata bukan seorang atlet biasa. Atlet tersebut adalah Letnan Mendoza, yang kemudian menjadi salah satu kaki tangan Pinochet dalam kudeta Cili. Pengalaman ketidaksengajaan dalam mengambil gambar ini, seperti halnya ketika Leni Riefenstahl keliru mengira atlet Jepang sebagai atlet Korea saat olimpiade di Berlin, 1938. Ingatan ini ditutup dengan kalimat bergestur suara berat dan putus asa : “you never know what you are filming..”

Yang menjadi perhatian selanjutnya adalah jatuh-bangunnya Salvador Allende di Cili. Allende berhasil menjadi presiden setelah memenangi 36 persen total suara, sedikit lebih unggul dari lawannya Jorge Alessandri yang merupakan incumbent dengan 34 persen suara. Pada awal tahun 70’an, Chris Marker pergi ke Cili dengan tujuan membuat film tentang negara sosialis baru ini, yang ternyata sutradara setempat bernama Patricio Guzman sudah melakukannya lebih dulu. Hasilnya adalah sebuah filem dokumenter berdurasi empat setengah jam, yang dibagi menjadi tiga bagian berjudul “Battle Of Chile” pada tahun 1975-1978. Chris Marker dan S.L.O.N ikut membantu pengerjaan film tersebut. Dan beberapa footage dari “Battle of Chile” juga ikut hadir di Le fond de l’air est rouge. Cili sempat menjadi sebuah harapan bahwa revolusi masih mampu berjalan. Tapi ada faktor lain yang berpengaruh, faktor asing, intervensi Amerika yang mendukung langsung kudeta dari junta militer pimpinan Pinochet. Tepat sebelum kekuasaannya jatuh, Allende sudah terlebih dahulu bunuh diri dengan menembak tubuhnya sendiri.

Les Mains Fragiles[(090312)00-21-29]

Sebagai seorang tokoh, Fidel Castro mendapatkan porsi yang cukup besar dalam film ini, kita melihat Castro sebagai pemimpin gerilya, memberikan wawancara, pendapat-pendapatnya yang relevan dengan kondisi politik saat itu. Castro sebagai pemimpin negara. Kharismanya saat memberikan pidato, apalagi saat Uni Soviet menduduki Cekoslovakia, dia dengan tegas menyuarakan ketidaksetujuannya. Chris Marker memperlakukannya seperti aktor utama dalam filem, dia bahkan menyiapkan kejutan bagi kita, serta humor yang menunjukkan perihal kebiasaan Casto dalam menggerakan mikrofon saat pidato, yang mana hal tersebut tidak bisa dia lakukan di Russia. Adegan ini bagaikan sebuah perumpamaan, bahwa revolusi tidak selamanya berhasil mengubah sesuatu. karena bentuk dan kondisi masyarakat di seluruh dunia tidaklah sama.

Kunci untuk memahami posisi yang diambil Chris Marker dalam film ini ada di adegan pembuka. Seorang wanita yang mengingat kembali salah satu adegan “Battleship Potemkin”, adegan daging busuk yang digerogoti belatung dan adegan pemberontakan. Le fond de l’air est rouge memiliki cara yang sama dalam menampilkan kebenarannya. Menggunakan ingatan satu orang yang diisi oleh beberapa narator, sebuah essai sejarah yang terasa intim dengan penontonnya yang bahkan bagi mereka yang tidak hidup di zaman tersebut dan kekuatan ingatan ini didukung dengan berbagai arsip footage. Kelengkapan dari footage-footage yang digunakan oleh Chris Marker cukup mencengangkan, mulai dari rekaman konfidensial kesaksian pilot Amerika saat melakukan operasi “Napalm Bomb”. Wawancara beberapa tokoh-tokoh penting seperti Paul Verges, Daniel Cohn-Bendit, pejabat CIA, dan beberapa footage yang direkam langsung saat pemberontakan dan demonstrasi yang terjadi ditengah kota. Kesemuanya ditampilkan hingga tampak seperti kebenaran seutuhnya. Pertanyaannya adalah, apakah kita bisa mempercayai ingatan pria dibalik narator ini? apakah kumpulan footage-footage ini menampilkan kebenaran seutuhnya? Sedikit mundur kebelakang, kita ingat Akira Kurosawa juga mempertanyakan subjektifitas kebenaran sebuah peristiwa dengan filmnya “Rashomon” 1951, dan dengan cerdik, Akira Kurosawa tidak menampilkan sebuah kebenaran absolut, atau sama dengan menyampaikan, tidak ada sesuatu yang disebut dengan kebenaran absolut. Chris Marker menyadari betul hal ini, dengan mengambil sudut bahwa film ini adalah rekoleksi dari ingatan-ingatan, Chris Marker dengan menggunakan footage-footage tersebut adalah usaha untuk menkonstruksi ulang sejarah, menginterpretasikan peristiwa dalam ingatan, bukan mengkonstruksi kebenaran absolut. Esensi sebuah esai adalah menggunakan pengalaman, pandangan pribadi yang lalu digunakan sebagai pengalaman publik, dengan begitu, Le fond de l’air est rouge memang tidak mengejar benar – tidaknya suatu peristiwa, tapi bagaimana peristiwa itu diingat dan terhubung dengan ingatan akan peristiwa lain, seperti pada adegan Chris Marker mengaitkan kekeliruannya mengira merekam atlet berkuda Cili pada “Olimpiade 52” dengan kekeliruan Leni Riefenstahl mengira merekam atlet Jepang padahal atlet Korea. Penggunaan footage untuk menyelami ingatan narator menjadikan Le fond de l’air est rouge memiliki elemen subjektifitas, memaksa penonton untuk kritis.

Les Mains Fragiles[(098893)00-33-48]

Judul versi inggris diambil dari bisikan saat adegan perjuangan Che Guevara di Bolivia, “a spearhead without a spear, a grin without a cat.” Merujuk pada senyum lebar Cheshire Cat dari novel Alice in Wonderland. Saya lebih suka judul versi Perancis karena permainan katanya lebih cocok dari metafor Cheshire Cat yang tubuhnya menghilang hingga hanya meninggalkan senyum untuk Alice. Le fond de l’air est rouge sejatinya rampung pada tahun 1977. Saat pembicaraan tentang kekirian masih aktual, dan harapan itu masih dipegang. Tapi dirilis ulang tahun 1993 mengikuti kemenangan kapitalisme atas komunisme. Ada penambahan dalam rilisan ulang menjelang filem usai, Chris Marker berbisik bahwa dorongan atas revolusi masih akan terus ada dengan isu-isu yang berbeda dan lebih aktual. Perjuangan tidak akan usai sampai masyarakat menemui titik ideal, yang mana adalah sebuah utopia. isu Perjuangan New Left masih menjadi topik di filem Chris Marker beberapa tahun kemudian, yang paling baru dan terakhir adalah “The Case Of Grinning Cat”. Akhiran filem ini menyimpulkan bahwa perjuangan sejatinya tidak berhenti, hanya bergerak dalam elipsis.

 

1 Lupton, Catherine. “A Grin without a Cat.” Chris Marker: Memories of the Future. London: Reaktion, 2005. 113+. Print.

2 Corrigan, Timothy. “Toward The Essay Film.” The Essay Film: From Montaigne, after Marker. New York: Oxford UP, 2011. 6+. Print.

Recommended Posts

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Start typing and press Enter to search