In Artikel
[tab] [tab_item title=”ID”]

Los Olvidados merupakan sebuah karya dari salah satu tokoh gerakan surealisme dunia, Luis Bunuel. Lahir di Spanyol, 22 Februari 1900 dan tumbuh dewasa di Meksiko, Bunuel menyelesaikan Los Olvidados pada 1950. Filem ini menjadi salah satu karya penting yang mampu menginspirasi banyak filem dunia setelahnya.

Los Olvidados

Los Olvidados menceritakan kehidupan anak-anak jalanan kota Meksiko di tahun limapuluhan. Penokohan dalam filem ini menampilkan representasi dari beberapa golongan kelas ekonomi sosial kota Meksiko. Tokoh sentral filem ini, Pedro, digambarkan sebagai seorang pemberontak. Selain Pedro, ada juga tokoh penguasa jalanan bernama Jaibo. Tokoh suku asli Indian bernama Mata Kecil. Tokoh Meca digambarkan sebagai penduduk dengan latar budaya campuran Meksiko-Spanyol. Kekuasaan kristiani yang kental di benua Amerika membuat Bunuel merasa perlu menampilkan satu tokoh sebagai representasi keagamaan, yang diwakili oleh tokoh orang Buta. Selain itu ada tokoh ibu Pedro yang mewakili golongan bawah yang harus bekerja demi menghidupi keluarganya serta Kepala Polisi sebagai representasi penguasa politik.

Pedro adalah seorang tokoh pemberontak yang tertekan oleh keadaan sosio-ekonomi masyarakat miskin kota Meksiko. Ia seorang anak yang tidak pantang menyerah. Rajin bekerja guna membantu perekonomian keluarganya, tetapi usahanya yang tidak kenal lelah terhambat oleh hadirnya seorang tokoh bernama Jaibo. Hubungan Pedro dan Jaibo seakan menjadi suatu representasi dari hadirnya pola hubungan kekuasaan dalam struktur sosio-ekonomi Meksiko. Bunuel seakan ingin memperjelas dampak kekuatan kapitalisme di Meksiko pada tahun-tahun tersebut.

Tak ayal, dampak kekuatan kapitalisme itu menyebabkan lahirnya pemberontakan yang dimulai dengan gerakan para santo-santo gereja Katolik. Orang Katolik Meksiko tidak percaya lagi dengan sistem Katolikisme Eropa yang diterapkan di negaranya. Sistem kepercayaan yang terlalu gampang menyerah pada kenyataan sudah tidak lagi dipercaya oleh masyarakat, sebab agama seperti itu hanya menjadikan masyarakatnya lebih senang berharap tanpa berusaha. Mereka selalu menerima kemiskinan sebagai sebuah takdir. Persoalan determinasi takdir ini menimbulkan pertentangan, sehingga gerakan-gerakan pemberontakan terhadap budaya gereja Katolik Eropa pun dilakukan. Pemberontakan ini ternyata mengarah kepada aspek lain: kapitalisme dan sistem kekuasaan politik. Gereja terlalu menikmati kekayaan berlimpah, padahal para penganutnya miskin. Tapi, itupun tidak cukup, karena penguasa politik memiliki peran besar dalam melanggengkan kemiskinan masyarakat. Maka, pemberontakan orang Meksiko terhadap sistem kekuasaan politik sesungguhnya mengarah pada pemberontakan mereka terhadap budaya kristiani Eropa beserta jeratan kapitalisme yang mengekang erat leher mereka.

Seiring dengan menyebarnya pemberontakan, para penguasa Meksiko tampak gerah dan khawatir. Guna meredam pemberontakan yang lebih besar, para penguasa merangkul beragam kelas sosial. Alhasil warga Meksiko terpecah antara pemberontak dan penduduk cinta damai. Dalam cerita filem ini, Pedro sempat ditangkap polisi akibat dituduh mencuri pisau di tempat kerjanya. Padahal pisau tersebut dicuri Jaibo. Akibatnya Pedro dicari polisi sebelum kemudian menyerahkan diri dan lalu dikirim ke sekolah disiplin bagi anak-anak nakal. Di sana, Pedro tidak memiliki teman. Kekecewaan Pedro terhadap lingkungan digambarkan dalam adegan ketika ia membunuh seekor ayam putih. Adegan ini dapat diinterpretasikan sebagai pembunuhan simbol-simbol kebajikan. Sebabnya, dalam dunia Pedro, apa yang dinamakan kebajikan itu sudah tidak ada lagi. Bahkan ketika kebajikan itu mulai terang, ia selalu terhambat oleh kehadiran kegelapan. Hal ini dapat dilihat pada adegan ketika Pedro sempat dipercaya kepala sekolah untuk membeli sebungkus rokok yang membolehkannya keluar dari lingkungan lembaga pemasyarakatan anak. Kehadiran Jaibo saat itu, merupakan sebuah representasi dari hadirnya kegelapan yang menghambat cahaya kebajikan.

Pedro tidak kembali lagi ke sekolah anak nakal tersebut, alih-alih ia mengikuti Jaibo ke daerah asalnya. Mereka kemudian bergulat, namun karena kalah kuat, Pedro melarikan diri. Dalam pelariannya, Pedro disembunyikan oleh Mata Kecil di tempat tinggal si Buta. Tetapi si Buta mengusirnya. Masih dalam pelariannya, Pedro akhirnya bersembunyi di gudang ternak kepunyaan keluarga Meca. Di tempat ini, Pedro bertemu kembali dengan Jaibo. Mereka kembali bergulat dan nyawa Pedro melayang di tangan Jaibo. Jaibo kabur dan mayat Pedro ditemukan oleh Meca dan kakeknya. Alih-alih dikuburkan secara layak, mayat Pedro dibuang ke dalam jurang oleh Meca dan kakeknya. Dalam kejadian tersebut dapat disimpulkan bahwa kehadiran pemberontak di mata penguasa sangatlah mengganggu hingga, jika harus, tubuh matinya pun harus dilenyapkan. Di samping itu, wujud pemberontak di mata masyarakat normal juga tidak diinginkan. Hal itulah yang menjadikan alasan kenapa mayat Pedro dibuang jauh-jauh oleh keluarga Meca.

Pertentangan Pedro dengan Jaibo sebenarnya dimulai dari peristiwa ketika ia menyaksikan tindak kejahatan Jaibo terhadap Julian. Julian adalah seorang pekerja anak dengan ayah pemabuk. Ia merupakan saingan terkuat Jaibo dalam kelompok mereka. Hanya saja, Julian bekerja sebagai buruh pabrik batako sedangkan Jaibo pengangguran begundal. Julian dibunuh Jaibo atas bantuan Pedro. Merasa bersalah karena secara tidak langsung membantu upaya pembunuhan Julian, Pedro selalu terbawa dalam mimpi buruk. Dalam mimpi Pedro, seekor ayam putih terbang jatuh ke lantai, lalu ibu Pedro memberikan sepotong daging kepadanya, namun muncul tangan Jaibo yang kemudian merampas daging tersebut. Jaibo mendapatkannya dan bersembunyi di bawah ranjang Pedro. Ketika Pedro melongok ke bawah tempat tidur, ternyata yang ada di bawah ranjang adalah sosok Julian tertawa bergelimang darah. Setelah peristiwa terbunuhnya Julian, hubungan Pedro dan Jaibo menjadi semakin renggang.

Tokoh Jaibo pada dasarnya mewakili simbol kekuasaan kapitalis di Meksiko. Jaibo seorang pelarian dari penjara setempat yang kemudian menguasai kembali jalanan perkampungan di kota Meksiko. Tokoh Jaibo juga digambarkan sebagai otak kejahatan kelompoknya. Pada filem ini, Bunuel selalu menempatkan kejahatan Jaibo dengan latar bangunan besar yang belum selesai dikerjakan. Tampakan itu memberikan asumsi bahwa upaya moderenisasi melalui sistem kapitalisme di Meksiko tidaklah dapat berhasil dikarenakan kekuasaan kapitalisme tidak berpihak pada masyarakat kebanyakan. Seekor ayam hitam ditampilkan Bunuel sebagai simbol kejahatan, dalam setiap aksi yang dilakukan Jaibo.

Jaibo pada akhirnya tewas di tangan petugas kepolisian setelah satu tembakan mengenainya. Pada adegan ini, aroma surealisme Bunuel semakin kental dengan memunculkan seekor anjing yang berlari secara perlahan di ujung nafas Jaibo saat semakin dekat menuju ajal.

Lelaki tua buta, yang juga menjadi tokoh utama dalam filem ini mewakili simbol agama pada saat itu, di mana Luis Bunuel mengasumsikan bahwa agama di Meksiko tidaklah sempurna bahkan cacat. Dalam filem ini, Bunuel sama sekali tidak menampilkan pertemuan antara manusia dengan Tuhan di tempat suci atau gereja. Bunuel lebih menampilkan kepercayaan masyarakat setempat melalui klenik, guna-guna, atau mistis. Itu terlihat pada cara ketika si Buta yang dipercaya sebagai santo berusaha menyembuhkan seorang warga dengan menggunakan burung dara putih sebagai tumbal. Bunuel juga menampilkan halaman gereja sebagai tempat perencanaan kejahatan, yang memperkuat asumsi bahwa Bunuel memproyeksikan kehadiran agama sebagai sesuatu yang tidak berguna. Tidak dapat membantu manusia mengatasi masalah kemiskinan.

Luis Bunuel

Bila melihat representasi agama dalam tokoh ini, tampak bahwa Bunuel menyisipkan asumsinya dengan kondisi Meksiko saat itu. Seperti halnya perlakuan gereja Katolik Eropa terhadap masyarakat Meksiko dengan cara untuk berserah diri, dan dengan munculnya pemberontakan yang dilakukan oleh pastor Meksiko terhadap sistem gerejani Eropa. Kita dapat beranggapan bahwa pemakaian sistem kepercayaan suku Amerindian, Maya dan Aztec dalam filem ini merupakan pertunjukan logika perlawanan terhadap sistem moderen yang sudah terlalu mapan. Kita bisa melihatnya dari cara-cara setiap adegan ditampilkan. Misalnya ketika sang dukun buta melakukan ritual penyembuhan dengan burung dara; ayam putih sebagai pesan perubahan ke arah yang lebih baik; ayam hitam simbol pembawa petaka dan anjing sebagai perlambang kekuasaan.

Tokoh Mata Kecil atau Peppito merupakan tokoh yang mewakili suku asli orang-orang Meksiko. Suku yang tersingkirkan oleh geliat peradaban baru, semaju apapun peradaban suku-suku Amerindian, Maya dan Aztec itu pada zaman silam. Spanyol datang dan menghancurkan peradaban suku-suku asli, menjajah dan memperbudak mereka dari tahun 1521 hingga 1810.

Tokoh Meca, yang mewakili masyarakat setempat, diproyeksikan sebagai gadis lembut hati, namun pada akhirnya tidak berdaya pada keinginan-keinginan badaniahnya. Kemiskinan membuat gadis kecil ini sempat menjual tubuhnya kepada penguasa.

Pixote

Berbagai tokoh dalam filem ini semakin meyakinkan asumsi bahwa Bunuel berbicara dalam bahasa tekstual dan gambar tentang sebuah struktur kemiskinan yang terjadi di Meksiko pada 1950an. Di tahun-tahun tersebut, penguasa telah menjadi begitu mutlak dan menjadikan kaum tertindas sebagai masyarakat yang sangat tidak berdaya. Dalam struktur kekuasaan itu terdapat rantai kemiskinan sistematis, di mana pengangguran, kelaparan, kriminalitas dan prostitusi menjadi pemandangan sehari-hari. Kehilangan figur bapak dalam filem ini sangat erat kaitannya dengan Katolikisme, di mana bapak dalam rumahtangga tergantikan oleh figur pastor di gereja. Sepanjang filem ini, Bunuel tidak sekalipun menampilkan peran dan tanggungjawab seorang bapak. Ibu Pedro merupakan sosok ibu sekaligus bapak dalam rumahtangganya. Suatu hal ironis, ketika satu-satunya bapak yang ditampilkan dalam filem ini adalah seorang bapak pemabuk yang selalu menggerogoti hasil jerih payah anaknya. Kita dapat menyaksikannya pada tokoh Julian dan ayahnya yang tukang mabuk itu.

Salaam Bombay!

Dengan melihat pada struktur-struktur pemiskinan sosial sistematis ini, filem Los Olvidados menginspirasi beberapa filem dunia kemudian. Di antaranya Pixote, City of God, Salaam Bombay! dan Daun Di Atas Bantal.
[/tab_item] [tab_item title=”EN”]

Religion, Politics, and Povertization in Los Olvidados

Los Olvidados is a work of one of the surrealist movement figures, Luis Bunuel. Born in Spain, 22 February 1900, grow in Mexico. Luis Bunuel finish Los Olvidados in 1950. This picture become one important work that inspire many pictures around the world after.

Los Olvidados

Los Olvidados tell the story of Mexico City street children’s life at the 50’s. The characters in this picture represent social economic classes in Mexico City. The central character, Pedro, described as a rebel. There is also the street ruler, Jaibo. A native Indian Small Eye, and a Mexican-Spanish breed Meca. The strong christian power on the continent make Bunuel feel he has to represent a signifying character, The Blind Man. There are also Pedro’s mother representing the low class who had to do hard labor to feed the family, and the Police Chief as a symbol of political power.

Pedro is a character rebelling to the pressure of the social-economic situation of Mexico City poor people. A never surrender kid working dilligently to help his family economy. But Jaibo get in his way hampering his never lasting hardwork. The Pedro-Jaibo relationship can be seen as the representation of the presence of power relation pattern on Mexico social-economics structure. It seems Bunuel want to emphasize the effect of capitalism power in Mexico those years.

Obviously, the oppressing power of capitalism giving birth to rebel movement led by the Catholic monks. Mexican catholics had lose their faith in European Catholicism that was implemented in their country. A belief system that easily surrender to has to be abandoned, because that kind of faith leading people only to rely on hope without doing any effort. They accept poverty as their destiny. The matter of the determination of destiny arouse controversy, embarking movements toward rejecting European catholic church culture. The revolt appear has another direction: capitalism and political power system. The church abundant in wealth, meanwhile its follower stayed in poverty. Then, Mexican people revolt to the political power system is indeed directed toward their rejection for European christian culture and the capitalism rope that snared at their neck.

As the revolution spread, Mexican rulers feels hot and uneasy. To ease the rebellion, the rulers embrace various social class members. As the result, citizens break into two, rebel and peace lover. As the story goes, the police caught Pedro for stealing a knife at his work place. The truth is, that knife is stolen by Jaibo. For this account, police is searching for Pedro before he give himself up and sent to a reformatory school for disobedient children. He gain no friend there. Pedro’s disappointment with his environment pictured in his slaying a white chicken which can be interpreted as the killing of the symbols of virtue. There is no more good deed in Pedro’s world. Even when light begin to shine, there is always darkness on the way. It can be seen on the scene when Pedro got the principal’s trust to buy a pack of cigarette which allow him to go out. Jaibo’s appearance at the same place that time, can be viewed as a representation of darkness to obstruct the light of virtue.

Pedro did not go back to the reform school, conversely, he follow Jaibo to the place where they belong. They fight for some reason. Being the less strong Pedro runaway. On his flee, Pedro is hiddened by Small Eye in The Blind Man’s place. But The Blind Man throw him out. Still on his flight, Pedro then hide in a barn owned by Meca family. Unfortunately Jaibo found him. They engaged in a last fight and Pedro’s life lost in Jaibo’s hand. Instead of having a decent burial, Meca and his grandfather throw Pedro’s body to a brink. From this event one can figure out that a rebel is a disturbance, even his dead body had to be vanished if necessary. ‘Normal people’ don’t like a rebel. That’s why Meca family throw Pedro’s body to a remote place.

Pedro’s disagreement with Jaibo begin at the time Pedro saw the crime Jaibo did to Julian. Julian is a working son to a drunkard. Jaibo’s strongest rival in their gang. The difference is, Julian work as a labor in brick factory, meanwhile Jaibo is a jobless scoundrel. Jaibo killed Julian with Pedro’s help. Feeling guilty because of his though indirect help in Julian’s murder, he always caught in a nightmare. In his dream he saw a white chicken falling down to floor, then his mother give him a piece of meat, suddenly Jaibo’s hand appear seizing the meat. Keeping the meat Jaibo then hiding under Pedro’s bed. When Pedro looking below, what he see under the bed is Julian body covered with blood laughing. After Julian murdered, Pedro’s relationship with Jaibo loosened.

Jaibo’s role naturally is a symbol of capitalist power in Mexico. Jaibo is local prison breaker that come to power at the streets of Mexico. Bunuel always place an unfinished building on the background of Jaibo’s crime site symbolizing the failure of capitalism in Mexico for not being on common people’s side. A black chicken appear on every crime that Jaibo commit, as a symbol of vice. In the end, Jaibo is dead in the hand of a police task after a shot got him. In this scene, the scent of surrealism is thick in the air with the appearance of a black dog running slowly as Jaibo’s death come nearer.

The old blind man, who also played the main role represent the religion of the time, which is not perfect in Bunuel assumption, it even has defect. In this movie, Bunuel not even once shows the union between man and God in a sacred place or church. Bunuel more on showing local people belief through magic, charm and mysticism. That can be seen in the way The Blind Man, who believed as a holyman, try to cure someone by sacrificing a white dove. The churchyard also displayed as a place where a crime is planned, strengthen the assumption that Bunuel projecting the presence of religion as something useless. Unable to help people solving the problem of poverty.

Luis Bunuel

By looking at the representation of religion through this character, it is clear that Bunuel inserting his assumption by observing at Mexico’s condition at that time. As how the European church dogmatized people to subdue to the church, but somehow, resulting the monks rejection to the system. We can state that using the native Amerindian tribe, Maya and Aztec system of belief in this picture is a logical demonstration of struggle toward modern system that has become to established.  We can see that in the way how scenes come into view. As in the blind healer doing curing ritual involving a dove, black chicken as bad omen, and dog symbolizing power.

The character Small Eye or Peppito representing Mexico native people. A tribe driven out by the new civilization, regardless this tribe achievement in far past time. The Spanish came and crushed their original civilization, colonize, and enslave them from 1521 until 1810.

The character Meca representing local people, a tenderhearted girl in the beginning, has to surrender to her worldly needs in the end, selling her body to the ruler.

Pixote

Various character in this picture give more certainty to the assumption that Bunuel speak in textual and visual language about a poverty structure in Mexico at the 50’s. In those years, the authority is absolute, and the oppressed absolutely helpless. On the power structure lies a systematic poverty chain, where unemployment, hunger, crime, and prostitution become everyday sight. The lost of father figure in this picture is closely related to catholicism, where father figure in a family is substituted by a priest figure in church. All along the film, not even once Bunuel present the role and responsibility of a father. Pedro’s mother is a mother and at the same time become a father to him. An irony, the only father showed in this movie is a drunkard, chewed on everything his son earned. We can see it in Julian’s father character.

Salaam Bombay!

Take in a notice over the orderly social povertization structure, we can be sure that Los Olvidados has inspired many pictures around the world. Among them, Pixote, City of God, Salaam Bombay and Daun di Atas Bantal.
[/tab_item] [/tab]

Recommended Posts

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Start typing and press Enter to search